3. Kedatangan si burung Elang

17.5K 493 0
                                    

Arabel tidak menyangka jika Elang akan datang sore ini. Apalagi ditambah kehadiran Kriss di apartemen membuat perempuan itu gugup setengah mati.

"Terkejut honey?" Suaranya mengalun rendah sarat akan ancaman, yang mampu membuat Arabel mematung ditempat.

Elang terus menatap keduanya tajam, lalu beralih pada kedua telapak tangan mereka yang saling terkait. Rahang pria itu semakin mengetat tatkala melihat wajah pria asing yang sudah berani menyentuh Arabel. Apalagi pria itu tidak melepas genggamannya walaupun Elang sudah memberi peringatan lewat matanya.

"Ara sudah mengatakan pada Mami agar Kak El tidak menjemput. Mami lupa mengatakannya kah?" Arabel mencicit takut, hingga genggaman tangan pada Kriss semakin mengerat.

"Tidak, Mami mengatakan itu tadi, dia tidak pernah mengingkari ucapannya." Bersamaan dengan itu Elang maju selangkah. Menyentak pergelangan Arabel agar genggamannya pada Kriss terlepas.

Kalimat itu berupa sindiran untuk Arabel, dan perempuan itu menyadarinya. Elang seolah mengingatkan janji Arabel dulu untuk tidak pernah bersentuhan atau berhubungan dengan lelaki manapun, walau itu hanya sebatas teman. Dan setelah melihat keberadaan Kriss di apartemen pasti membuat pria itu sangat marah.

"Kak...." Arabel meringis, merasakan cengkraman kuat Elang pada pergelangan tangannya.

"Lagi pula kakak kemari hanya untuk memastikan apa penyebab adik kakak ini tidak mau dijemput." Sejenak Elang menatap Arabel dengan kilatan yang tajam. dan beralih pada Kriss yang masih berdiri santai didepannya.

"Ternyata ada pria lain," ujar Elang menekan kalimatnya.

Elang kira Arabel tidak mau berangkat bersama karena perempuan itu masih marah. Tapi setelah datang kesini, ia mengetahui alasan perempuan itu sebenarnya. Bahwa Arabel tidak benar-benar marah, tapi perempuan itu menghindar karena sedang bersama pria lain.

"Bukan, dia hanya temanku." kepala Arabel menggeleng kuat, tidak membenarkan tuduhan Elang.

"Teman? tapi kenapa kalian bergandengan tangan seperti sepasang kekasih," tanya Elang tidak percaya.

"Dia hanya membantu aku berdiri Kak, tadi aku hampir jatuh karena high heels yang terlalu tinggi," sambar Arabel cepat.

Tentu saja itu kebohongan, tidak mungkin bila Arabel mengatakan yang sebenarnya, disaat emosi pria itu yang masih memuncak.

"Apa masalahnya? bukankah wajar jika Arabel memikiki kekasaih, dia sudah dewasa." Kriss yang sedari tadi diam kini ikut menyahuti ucapan Elang. Ia bersikap bodoh, seolah tidak mengetahui fakta yang sebenarnya.

"Sebagai Kakak aku hanya tidak mau Arabel disentuh sembarangan pria. Apalagi aku belum tau asal-usul dirimu." Elang menatap Kriss dari atas hingga bawah seolah tengah menilai pria itu.

"Kau cemburu?" Kriss menatap remeh Elang, merasa puas dengan raut wajah pria itu yang terkejut.

Elang terdiam sesaat, Setelah itu ia melepas cekalannya pada lengan Arabel, dan melangkah lebih dekat dengan Kriss. Tanpa disangka pria itu melayangkan pukulan pada rahang Kriss hingga membuat lelaki itu sedikit terhuyung kebelakang karena serangan Elang yang mendadak.

"Jaga ucapanmu sialan!" desis Elang tajam. Dirinya merasa puas tatkala melihat Kriss langsung terjatuh hanya dengan satu pukulan, beranggapan jika pria itu sangatlah lemah.

Sang SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang