21. Selamat

4.9K 172 15
                                        

Semilir angin dingin terasa begitu menikam tubuh Arabel. Kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri, berusaha menghangatkan, juga menguatkan dirinya yang tengah rapuh saat ini. Di atas jembatan danau yang tinggi ini Arabel termenung. Memikirkan betapa sialnya hidup perempuan itu sejak lahir.

Ditinggalkan ibunya, cinta yang tidak terbalas oleh Elang, kehilangan kepercayaan Iris, dan sekarang kehancuran karirnya. Jika diingat, tidak ada yang berjalan mulus selama ia bernafas. Bahkan setelah ia berhasil pun, semua itu tidak bertahan begitu lama.

Tidak ada lagi alasan untuk Arabel mempertahankan hidupnya. Tidak ada yang tersisa lagi sekarang. Impiannya yang ia kejar mati-matian sudah tidak ada lagi harganya. Arabel menyerah untuk hidup, dan juga cintanya untuk Elang.

Perlahan tangannya berpegang pada pembatas jembatan, mencengkram erat besi itu sebisanya. Kemudian tanpa rasa takut Arabel mendudukan tubuhnya di atas pembatas. Matanya beralih pada danau di bawah yang begitu gelap dan juga tenang. Arabel tidak mengetahui seberapa dalam danau itu. Jadi ada dua kemungkinan jika ia melompat kesana. Pertama Arabel akan mati karena kehabisan nafas, atau ia akan mati karena kepalanya yg terbentur batu atau terbentur dasar danau yang bisa saja keras.

Arabel tahu hal ini tidak dapat dimaafkan oleh sang pencipta. Tapi apalagi yang bisa ia perbuat sekarang? Bukankah lebih baik dirinya mati agar masalah di dunia ini selesai.

Benar, ini adalah jalan satu-satunya yang dapat Arabel lakukan. Kemudian tanpa aba-aba, wanita itu menjatuhkan tubuhnya kebawah, menimbulkan suara debuman yang cukup keras juga cipratan air yang lumayan tinggi. Arabel tidak menggerakkan tubuhnya sama sekali, ia membiarkan dirinya semakin tenggelam ke dasar danau yang begitu suram sepergi hidupnya.

Membiarkan seluruh paru-parunya semakin terisi oleh air hingga membuat Arabel kesulitan untuk bernfas.

"Selamat tinggal dunia. Dan untukmu Elang, aku hanya ingin mengatakan jika aku masih sangat mencintai dirimu."

Kata-kata itu terucap di dalam hati Arabel, sebagai salam perpisahan darinya untuk yang terakhir kali.

Pasukan udara dalam paru-parunya semakin menipis, membuat Arabel perlahan menutup matanya, membiarkan air menenggelamkan tubuh dan juga aibnya. Tapi dalam sisa kesadaran Arabel, wanita itu dapat melihat samar sosok pria yang sangat ia kenal tengah berenang cepat ke arah Arabel.

Gerakan pria itu tergesa-gesa, hingga ia berada tepat di hadapan Arabel. Pria itu langsung memeluk tubuh Arabel dan membawanya menuju permukaan air. Tapi bukannya membiarkan dirinya ditarik menuju daratan, Arabel malah membrontak keras. Menghalangi niat pria itu yang ingin menyelamatkan dirinya dari ambang kematian.

Pria itu semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Arabel, melawan dalamnya air juga menahan penolakan wanita itu. Tapi karena memang kesadarannya tersisa sedikit, tubuh Arabel semakin melemah hingga tak sadarkan diri.

Walaupun membutuhkan waktu yang tidak sebentar, pria itu berhasil membawa tubuh Arabel dan juga dirinya pada permukaan dan membaringkan perempuan itu di tepi danau. Lalu tanpa berniat mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu, pria itu langsung menempelkan bibirnya pada bibir Arabel, bermaksud memberikan nafasnya yang juga masih terputus-putus. Agar perempuan itu segera sadar.

Setelah beberapa kali percobaan, Arabel sedikit membuka matanya di barengi dengan mulut perempuan itu yang terbatuk keras juga mengeluarkan air. Arabel memegang dadanya yang terasa sakit, kemudia perempuan itu terduduk dengan mulutnya yang masih terbatuk kencang. Dengan matanya yang memerah karena terkena air, Arabel melihat pria yang telah menyelamatkan dirinya, atau pria yang telah menggagalkan rencana bunuh dirinya.

"Sialan! Kenapa kau menyelamatkan ku brengsek!" Arabel berteriak keras pada pria itu. Matanya melotot tajam. Dengan rahangnya yang mengeras.

Seharusnya setelah ia terjun ke sungai semuanya akan selesai, tapi apa maksud Elang dengan menyelamatkan dirinya? Apakah pria itu berniat menyiksanya kembali seperti dahulu. Atau dia belum puas melihat kehancuran hidup Arabel?

Sang SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang