19. Semua terlepas

3.9K 200 29
                                    


Aku ngucapin banyak terima kasih banget sama kalian yang masih mau baca atau cuma liat sekilas cerita ini. Awalnya aku udah nggak mau lanjut buat nulis, tapi nggak tau kenapa tiba-tiba jari-jari ku kangen buat mencet keyboard🤣

****

Arabel hanya mampu terdiam sejak tadi, bahkan setelah dokter yang dibawa Joy telah menyelesaikan tugasnya untuk mengobati luka perempuan itu Arabel masih membatu. Elang juga tidak membuka mulutnya sama sekali, pria itu hanya duduk di samping Arabel dan sesekali meliriknya.

"Istirahatlah," kata Elang akhirnya. Tangan pria itu mengelus puncak kepala Arabel sebentar, dan menariknya kembali.

Mata sembab Arabel menoleh ke arah kakaknya, memperhatikan Elang yang masih mampu bersikap tenang di saat seperti ini. "Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Arabel lirih.

Elang balik menatap Arabel. Tanpa ekspresi pria itu menjawab datar. "Aku yang akan mengurus Mami," jawabnya yang tidak membuat Arabel puas sama sekali.

"Dia tidak akan lagi mau bertemu denganku Kak," ungkapnya begitu pilu.

"Seharusnya kau sadar kan jika lambat laun ini semua akan terbongkar. Kau juga harus siap dengan segala risiko yang akan kau hadapi di saat memilih untuk melangkah lebih jauh."

Elang menjawab telak. Benar, bukankah ini semua keputusan Arabel sejak awal? Tapi bagaimanapun ia tidak akan pernah siap menghadapinya. "Aku tahu. Tapi tetap saja aku-"

"Apa?" Elang menyela cepat. "Seberapa besar apa pun penyesalanmu sekarang, semua itu tidak akan mengubah segalanya!" Elang sudah sangat kesal sekarang.

"Harusnya aku tidak pernah melakukan itu denganmu," ucap Arabel lagi.

Mata tajam pria itu menoleh cepat. "Apa maksudmu Arabel!"

Tiba-tiba wanita itu berdiri, kedua mata cantiknya menatap nyalang ke arah pria itu. "Ya! Harusnya aku tidak pernah berhubungan dengan mu! Bahkan aku menyesal bertemu dirimu dalam hidupku sialan!"

Rahang Elang mengetat, ucapan Arabel membangkitkan gejolak amarahnya yang sejak tadi padam. "Kenapa? Sekarang kau mau berlagak seolah kau korban disini?" tanya Elang remeh.

"Aku bahkan tidak pernah menarik dirimu untuk datang. Bukankah kau sendiri yang melemparkan tubuhmu pada diriku Arabel?" Elang menyeringai kejam.

Tubuhnya bangkit dari sofa dan berdiri menjulang di depan Arabel. "Kau tidak ingat? Betapa rendahannya dirimu saat menggoda diriku waktu itu? Kau bahkan dengan sengaja memakai-"

Plak

Tangan Arabel sontak menampar keras pipi Elang hingga membuat pria itu menghentikan ucapannya. Wajah Elang tidak tertoleh ke samping, pria itu hanya memejamkan matanya sesaat dan berdecih sinis. Satu tangannya mencengkram kuat dagu Arabel dan membawa wajah perempuan itu lebih dekat.

"Kau malu? Bahkan kau lebih rendah dari pada pelacur karena melempar tubuhmu padaku secara cuma-cuma!" ucapnya begitu kejam dan melepaskan cengkramannya

Tanpa sadar Arabel kembali mengeluarkan air matanya. Setelah semua yang terjadi, Elang masih terus menginjaknya. Pria itu tidak memiliki rasa empati pada dirinya. Elang hanya mau menghakimi Arabel tanpa mau berkaca bagaimana keterlibatan pria itu dalam masalah ini.

Arabel mundur selangkah, memberi jarak antara dirinya dan Elang. "Kau tahu apa yang paling aku benci di dunia ini?" jeda sejenak.

Tangan perempuan itu menghapus kasar air mata di pipinya. Sialan, di saat seperti ini kenapa Arabel harus menangis. Ia jadi lebih terlihat menyedihkan di hadapan Elang. "Bagaimana aku masih mencintaimu hingga detik ini, bahkan setelah sejuta luka sudah aku dapatkan selama aku mencintaimu!"

Sang SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang