18. Harusnya Tidak Pernah Terjadi

5.7K 286 19
                                    

Hai....

Lama nggak update semoga masih ada yg baca.

***

"Aku tidak mau berbasa-basi. Aku hanya ingin kau mengakhiri hubunganmu dengan Elang. Secepatnya!"

Seketika seluruh syaraf yang ada pada tubuh Arabel menegang. Dadanya berdebar sangat kencang, dengan wajah yang mulai pucat. Ia tidak salah dengar kan? Iris mengetahui hubungan mereka? Bagaimana bisa. Dan sejak kapan.

"Hubungan apa yang Mami maksud?" Arabel berusaha terlihat biasa. Walaupun dirinya sudah dilanda kecemasan.

Mata Iris memicing tajam. Wajahnya bahkan terlihat berbeda dari biasanya. Dan Arabel beluk pernah menemukan pandangan seperti itu dari ibu angkatnya.

"Kau tau jelas apa yang aku maksud Arabel," kata Iris. "Kau benar-benar membuatku kecewa, inikah balasanmu atas semua yang kami beri Arabel? Benar-benar tidak tahu diuntung."

Arabel menegang mendengar kalimat yang keluar dari mulut Iris. Hatinya terasa ditikam begitu dalam, hingga rasanya Arabel tidak sanggup untuk bernafas.

"A-aku." Arabel kehilangan kata-kata. Tangannya menggenggam erat pinggiran meja, berusaha menahan degup jantungnya yang semakin cepat.

Iris menatap wajah Arabel. Tidaka ada lagi tatapan kasih sayang di sana, yang ada hanya ribuan emosi yang menyesakkan dada. "Aku tidak tahu apa kesalahan yang aku buat hingga kau seperti ini Arabel. Semuanya ku berikan pada mu. Kasih sayang, rumah, pendidikan, barang-barang mewah, status sosial, bahkan aku menganggap kau seperti anakku sendiri."

"Sekalipun aku tidak pernah membeda-bedakan dirimu dengan Elang atau sepupumu yang lain. Tapi ini yang ku dapat?" Iris seperti tidak percaya dengan apa yang tengah dialami dirinya.

"Demi tuhan, bagaimana kau bisa tidur dengan kakakmu sendiri Arabel!" Teriak Iris keras. Wajahnya memerah, dan Arabel bisa melihat lelehan air mata wanita itu yang mulai membasahi pipi.

Tenggorokan Arabel tercekat, Ia menggigit bibirnya, berusaha menahan isak tangis yang sejak tadi Ia tahan. Sungguh, Arabel tidak lagi sanggup untuk menatap kedua mata Iris. Hatinya terasa sangat sakit ketika melihat wanita yang sejak dulu merawatnya itu begitu marah dan kecewa pada dirinya.

"Maaf Mi, Ak-"

"Pembelaan apa lagi yang akan kau gunakan Arabel. Semuanya sudah jelas, bahkan aku melihat bagaimana dirimu dengan suka rela melempar tubuhmu sendiri ke arah Elang. Kau senang ketika tubuhmu dijamah oleh kakak mu sendiri?!" Iris kehilangan kendali. Membayangkan mereka berdua benar-benar membuatnya jijik.

Arabel hanya mampu menggeleng, Ia sudah tidak bisa lagi menahan laju air matanya yang semakin deras keluar.

"Jawab aku Arabel?!" Iris mendorong kursi itu kebelakang hingga membuatnya terjatuh karena saking kerasnya. Lalu Ia berjalan cepat ke arah Arabel. "Jawab aku, apa kau senang ketika Elang menyentuh dirimu?!" Iris menggoyang-goyangkan bahu Arabel kencang.

Bibir Arabel terkatup rapat. Ia menjatuhkan diri ke lantai, bersimpuh di bawah kaki wanita yang amat Ia sayangi. Harusnya Arabel tidak sejauh ini, harusnya Ia bisa memendam semua perasaannya untuk Elang. Dan harusnya Ia memang tidak pernah muncul di hadapan mereka.

Arabel terlalu kotor untuk mereka anggap sebagai keluarga. Dia adalah manusia paling tidak tahu diri, dan Arabel membenci dirinya sendiri.

Sang SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang