23. Terkurung

2K 92 11
                                    

Tidak ada yang bisa Arabel harapkan dari Joe, pria itu sama sekali tidak mau membantunya untuk bisa pergi dari sini. Cekalan Joe pada lengannya sangat kuat dan itu terasa menyakitkan bagi dirinya. Padahal lelaki itu sama sekali belum pernah berperilaku kasar pada Arabel selama ini.

"Ayo Arabel!" Elang menghampiri keduanya ketika selesai menghubungi seseorang untuk membuka pintu gerbang, wajah pria itu masih terlihat memerah karena marah.

Perempuan itu semakin memberontak ketika Elang menarik kasar dirinya. "Lepaskan aku sialan!" Arabel berteriak nyaring.

Seolah tuli, Elang mengabaikan semua umpatan Arabel yang ditujukan pada dirinya. Tangannya semakin kuat menarik wanita itu dan Elang berjalan cepat memasuki gerbang. Wanita itu bahkan hampir terjatuh karena tidak dapat mengimbangi langkah Kakaknya yang lebar.

Pandangan matanya bertemu dengan seorang perempuan yang tengah berdiri di depan pintu rumah sambil bersedekap dada ketika Arabel melewati gerbang, seolah tengah menyambut kedatangan keduanya. Dia Ariana, wanita itu menatap sinis Arabel dengan bibirnya yang tersenyum mengejek. Memperhatikan penampilan Arabel yang begitu berantakan tidak seperti biasanya.

"Ku kira kau sudah mati," tukas Ariana tajam ketika Arabel dan Elang sudah berada di hadapannya.

Perkataan Ariana hanya dianggap angin lalu oleh Arabel. Perempuan itu masih sibuk melepaskan cekalan Elang pada dirinya, yang membuat Ariana semakin jengkel dan seperti ingin mencakar wajah sombong Arabel.

"Kau bahkan masih berlagak ketika karirmu sudah hancur! Tidak ada yang bisa kau banggakan lagi Arabel, tubuh kotormu bahkan sudah di lihat oleh seluruh manusia di negeri ini." Seolah belum puas, Ariana semakin gencar mengeluarkan kalimat-kalimat pedasnya, berharap Arabel akan terpancing.

Elang hanya diam, pria itu masih menahan Arabel tapi tidak beranjak masuk ke dalam rumah, seolah berniat membuat Arabel mendengarkan seluruh ocehan Ariana yang tidak ada habisnya.

"Kau bahkan masih merasa iri denganku setelah semua ini?" Arabel menjawab santai dengan bibir yang menyungging senyum lebar.

Ariana terbahak. "Iri? Untuk apa aku iri dengan nasib burukmu Arabel?" Perempuan itu menggeleng heran.

"Dengar, kau ini tidak sebanding dengan diriku. Aku masih suci, sedangkan dirimu?" Ariana menjeda ucapannya, dia melihat Arabel dari atas kebawah berulang kali seperti tengah menilai. "Bahkan harga pelacur masih lebih mahal dari pada harga dirimu Arabel."

Mendengar kalimat itu Arabel meradang, benar dia tersinggung dengan ucapan Ariana. Sebelah tangannya yang tidak di pegang oleh Elang berniat menampar wajah Ariana, tapi pria itu menarik Arabel mundur membuat tamparan itu tidak mengenai tunangannya.

"Terimakasih sayang," ucap Ariana manja yang ditujukan untuk Elang.

Elang tidak menggubris. "Dimana kamar Arabel?" tanya pria itu pada Ariana.

"Harusnya aku ingin menempatkan dia di gudang tapi kau melarangnya." Ariana berdecak kesal. "Kamarnya di lantai tiga, dia akan sulit kabur jika kau kurung di sana." Ariana menyingkir, memberi jalan untuk Elang masuk ke dalam rumah.

Tapi ketika Arabel melewati Ariana, tiba-tiba wanita itu menarik rambut adik Elang dengan keras, yang sontak membuat Arabel menjerit karena terkejut.

"Lepaskan Ariana," titah Elang tegas yang membuat Ariana langsung melepaskannya dengan sentakan kasar.

Wanita itu terkekeh kecil. "Maaf aku tidak sengaja."

Arabel berniat membalas perbuatan wanita itu, tapi Elang sudah menariknya kembali untuk mengikuti langkah pria itu. Arabel masih terus berontak, dia beberapa kali memukul pundak Elang berharap pria itu mau melepaskan dirinya. "Biarkan aku pergi sialan!"

Elang membawa Arabel masuk ke dalam lift dengan paksa. "Kau hanya membuang tenagamu Arabel. Diam dan kau akan baik-baik saja!"

"Bajingan! Aku bahkan lebih baik memilih mati dari pada berada di sini!"

Elang melepaskan cekalan tangannya ketika pintu lift tertutup. Pria itu menatap tajam pada Arabel yang berada di sudut. Elang melangkah maju menghampiri wanita itu. "Baik, aku yang akan membunuhmu sekarang!" ucap Elang dengan suara rendah.

Pria itu langsung mengangkat satu tangannya dan menekan leher Arabel ke dinding dengan sangat keras. Arabel terkejut, wanita itu berusaha melepaskan tangan Elang yang seperti menyumbat saluran pernafasannya, sehingga membuat wajah Arabel memerah karena kekurangan oksigen.

"Ini yang kau mau kan?" Elang menyeringai kejam dengan tangan yang semakin mencekik leher Arabel. "Akan aku kabulkan permintaan mu Arabel."

Melihat Arabel yang seperti akan kehilangan kesadaran membuat Elang langsung melepaskan tangannya dari leher sang adik. Arabel terjatuh lemas, ia terbatuk keras dan langsung menghirup udara dengan sangat rakus. Arabel memegang lehernya yang terasa sangat sakit dan menatap Elang tidak percaya. Ia terkejut, karena baru kali ini pria itu bertindak sejauh ini pada dirinya.

"Kau kira aku tidak bisa melakukan ini?" Elang tertawa kejam, ia kembali menarik Arabel dan memaksa wanita itu untuk berdiri di saat kondisi tubuhnya masih terasa lemas.

Arabel tidak lagi memberontak, ia masih syok dan juha tenaganya yang sudah habis membuat ia tidak lagi melawan. Terlihat pintu berwarna putih yang terletak tak jauh dari lift. Elang membawanya kesana, membuka pintu itu dengan sekali tendangan dan menarik kasar Arabel untuk masuk ke dalam. Pria itu langsung mengunci pintu, dan melempar Arabel ke atas ranjang.

Dengan susah payah Arabel merubah posisinya menjadi duduk, ia menatap tajam ke arah Elang yang juga tengah memperhatikan Arabel. "Kenapa kau tidak membunuhku tadi?!"

Mendengar itu Elang terkekeh. "Aku tau kau takut Arabel. Tapi aku tidak akan membiarkan dirimu mati semudah itu."

"Kenapa? Kau belum puas melihatku menderita?" Arabel menaikkan dagunya, berusaha terlihat baik-baik saja.

Elang melangkah mendekat, pria itu berdiri di ujung ranjang. "Kau tau, aku belum puas dengan tubuhmu, bahkan ketika sudah banyak orang yang melihat dirimu, aku malah semakin tergila-gila dengan dirimu Arabel. Mengetahui bagaimana orang lain terangsang pada dirimu tapi mereka tidak dapat menyentuh tubuhmh itu membuatku merasa senang."

Lihat, bahkan baru beberapa menit Elang bersikap baik pada dirinya, tapi pria itu langsung berubah drastis ketika dia berhasil membawa Arabel masuk kedalam kurungannya. Menghina Arabel dengan kalimat yang begitu tajam, tanpa bersusah payah memikirkan bagaimana perasaan Arabel mendengar kalimat yang keluar dari mulutnya.

Bahkan Elang mengucapkan kalimat itu dengan santai, menatap Arabel begitu rendah bagaikan jalang yang sudah tidak memiliki harga diri sama sekali.

"Kau tidak perlu khawatir, setelah aku bosan, aku pasti akan membiarkan dirimu pergi dari sini. Atau aku bisa menjual dirimu pada rekan kerja ku, tapi aku tidak yakin apakah mereka mau membayar mahal."

Arabel berdiri, berhadapan dengan Elang yang belum juga puas menyakiti dirinya. "Aku tidak tau apa yang kau mau dari diriku sebenarnya. Kau membawaku kedalam hubungan ini, dan sekarang kau bersikap seolah aku adalah seorang jalang yang tengah mengemis belas kasihan pada dirimu." Tatapan kecewa terpancar begitu jelas dari mata Arabel.

"Sejak dulu, kau menganggap diriku apa?" Arabel hanya tidak mengerti. Maksudnya sejak kecil apakah pria itu tidak pernah sekalipun menganggap ia senagai seorang adik yang pria itu sayangi?

"Kau ingin tahu? Kau hanya perusak keluarga ku Arabel. Kebahagiaanku hancur ketika kau masuk kedalam rumah itu." Elang menatap Arabel tak kalah tajam.

Arabel mengernyit bingung. "Apa maaksudmu?"

Bukannya menjawab pertanyaan Arabel, Elang malah kembali mendorong wanita itu ke atas ranjang, tapi belum sempat Arabel bangun, Elang sudah berada di atas tubuh wanita itu dan menahan kedua tangannya. Bibirnya menyeringai kejam.

"Apa yang kau lakukan brengsek!" Tidak, Arabel tidak mau hal ini terulang kembali. Ia sudah tidak sudi membiarkan Elang menyentuh dirinya.

"Kau tau apa yang akan terjadi Arabel." Desis Elang lirih.

****

Lanjutan bab ini bakal aku up di karya karsa, karena untuk menghindari pembaca di bawah umur☺

Sang SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang