25. Rencana

1.7K 80 11
                                    

"Bagaimana?" Laura menanyakan izin Elang untuk membawa Arabel ke rumah sakit. Karena ini hanya baru perkiraan dirinya, dan Laura juga penasaran apakah Arabel benar hamil atau tidak.

"Jangan berbuat macam-macam pada Arabel, Laura." Ancam Elang tidak main-main. Pria itu mencengkram kuat lengan Laura membuat wanita itu meringis sakit dan berusaha menjauhkan tangan Elang dari tubuhnya.

Lengan Laura yang tidak tertutup pakaian terlihat memerah, wanita itu mengusapnya pelan. "Aku tidak sejahat dirimu El, aku masih punya hati nurani."

Sementara Elang tertawa mengejek mendengarnya, seolah perkataan Laura hanya sebuah lelucon belaka. "Bukankah dahulu kau meminum obat penggugur kandungan tanpa sepengetahuan diriku? Hati nurani kau bilang. Kau tidak ada bedanya dengan diriku Laura."

Laura terbelalak mendengarnya. "Itu karena dirimu yang tidak menerima kehadiran bayi itu! Aku tidak mau membiarkan dia hidup tanpa seorang ayah." Laura berteriak nyaring, niat dirinya yang ingin membuat Elang terpojok malah berbanding sebaliknya.

"Aku mau membiayai bayi itu jika kau melahirkannya, aku hanya tidak ingin orang tuaku tahu sebelum aku lulus kuliah waktu itu."

Laura tidak habis pikir mendengarnya, wanita maju mendekati Elang, menaikkan dagunya sombong Laura berucap lantang. "Jika masalah uang, aku punya lebih dari cukup untuk membesarkan bayi itu, bahkan hingga anak itu menikah. Yang aku minta hanya pertanggung jawabanmu sebagai seorang Ayah brengsek!" jawab Laura menggebu-gebu.

"Bukankah aku sudah mengatakannya, aku akan mengakui anak itu setelah pendidikanku selesai. Tapi kau memilih untuk membunuh bayimu kan? Lalu dimana letak kesalahanku?"

"Kau ingin aku menanggung malu sementara dirimu masih bisa hidup nyaman di atas penderitaanku?"

Elang semakin jengah, dia memutar bola matanya malas. "Untuk apa kau membahas hal yang sudah berlalu, bahkan bayi itupun sudah tidak ada di dunia ini."

Laura mengepalkan tangannya kuat, dia menahan amarahnya yang sudah akan meledak karena ucapan Elang yang sangat tajam. Jika saja dahulu dia memiliki bukti kuat tentang hubungan mereka, Laura memilih menanggung malu dan hancur bersama dengan Elang. Tapi sayangnya, ia tidak dapat membuktikan kedekatan mereka, karena keduanya memang menjalin hubungan secara diam-diam.

"Kalau kau hanya ingin bernostalgia silahkan, aku malas untuk bergabung bersamamu." Elang mendengus kesal, lalu memilih berjalan pergi dari balkon itu. Meninggalkan Laura dengan sepupuk kemarahan yang berusaha ia tahan.

Tanpa berniat berlama-lama di sana, Laura menyusul Elang yang ternyata kembali menemui Arabel di kamarnya. Pria itu menghampiri adiknya yang terbaring lemas di atas tempat tidur, menatap tubuh Arabel dari atas hingga bawah dan pandangannya berhenti di perut rata perempuan itu. Apakah benar di dalam perut Arabel terdapat benihnya? Dan jika hal itu benar, Elang tidak bisa membiarkannya.

"Lakukan pemeriksaan, aku ingin tahu jelas keadaan dia," ucap Elang ketika mengetahui Laura telah kembali. Pria itu berucap datar dan memilih keluar dari kamar tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Laura yang mendengar hal itu terdian sejenak, kemudian menghampiri Arabel. "Ayo Arabel." Tangan Laura terulur membantu wanita itu berdiri.

Dengan pelan Arabel menyambut uluran tangan itu, dalam hatinya ia sangat bersyukur ketika wanita yang sama sekali tidak ia kenal mau membantunya untuk keluar dari rumah ini. "Terimakasih." Arabel berucap pelan, tenaganya belum pulih yang membuat perempuan itu sangat lemas. Bahkan ketika melihat Elang di hadapannya tadi, rasa ingin menampar lelaki itu sangat kuat, namun apa daya, bahkan untuk berjalan pun terasa sangat berat bagi Arabel.

Laura hanya tersenyum sekilas, mereka bertiga keluar dari kamar dan turun menuju lantai bawah menggunakan lift. Tapi saat melewati ruang tamu, mereka bertemu dengan Ariana yang tengah berdiam di sofa dan memandangan ketiganya dengan bingunh dan pensaran. Pasalnya Arabel yang seharusnya dikurung di kamar malah berjalan kemari dan sepertinya akan keluar dari rumah.

Sang SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang