Mendengar ponselnya yang terus berdering membuat Kriss kesal setengah mati, apalagi nama yang tertera di ponselnya masih sama membuat Kriss ingin sekali membuang ponsel itu ke lautan.
"Angkat ponselmu Kriss, dia akan terus berbunyi jika tidak diangkat. Atau kau bisa mematikan ponselmu agar diam," ujar seseorang yang berada satu ruangan dengan Kriss.
Dengan malas Kriss menggeser layar hijau yang ada di ponselnya.
"Hal-"
"Ada apa?" tanya Kriss langsung, saat ini Ia malas berbasa-basi.
Seseorang di seberang sana sempat terdiam sebentar. "Ayo keluar, aku ingin membeli makanan di daerah kampus kita dulu." Suaranya terdengar bersemangat.
"Aku sibuk hari ini." Tolaknya langsung.
"Aku bahkan sudah hafal jadwalmu Kriss. Kau sedang duduk di balkon kamarmu sambil merokok kan?" Ia memang sedang merokok, bahkan Kriss tengah mabuk. Tetapi Ia tidak berada di balkon kamarnya.
"Aku tutup teleponnya." Kriss langsung menutup telepon begitu saja, dan melempar ponse; itu sembarangan.
Beberapa hari ini Kriss sangat tidak semangat menjalani hari-harinya. Pria itu kehilangan gairah hidupnya yang biasanya menggebu-gebu. Semua itu karena satu hal, yaitu Arabel. Itu karena lamaran yang Ia ajukan lewat telepon diabaikan begitu saja oleh perempuan itu, Arabel bahkan tidak mengabari apapun, dia juga tidak datang ke tempat yang Kriss perintahkan. Itu berarti sudah menjelaskan jika Arabel menolak lamarannya bukan?
Tapi hanya satu hal yang sama sekali tidak dapat Ia pahami. Apa kurangnya dirinya hingga Arabel menolak begitu saja lamarannya. Kriss mapan, tampan, setia, dan yang pasti dapat membahagiakan Arabel. Tapi sejak dulu Arabel tidak pernah benar-benar melihatnya sebagai pria. Bahkan memang sejak jaman kuliah cintanya selalu ditolak oleh model cantik itu.
Padahal ada banyak perempuan yang mengantre untuk mendapatkan hatinya, tapi Arabel membuang begitu saja kesempatan yang perempuan itu miliki, dan kali ini terjadi kembali. Hal itu membuat Kriss kesal setengah mati.
"Sudahlah Kriss, untuk apa kau menangisi Arabel sampai seperti ini." Ela berdecak. Sejak mendapat penolakan Arabel pria itu benar-benar terlihat seperti orang gila.
Kriss hanya melirik sebentar ke arah Ela, lalu kembali menegak alkoholnya yang entah sudah gelas yang ke berapa. Ia ingin kembali menenangkan pikirannya, agar tidak di hantui wajah Arabel yang selalu muncul di kepalanya. "Ela kau berisik."
"Kau bahkan masih saja memikirkan dia setelah apa yang kita lalui semalam," kata Ela tajam. Tatapan perempuan itu terlihat kecewa.
Mata Kriss kembali melirik ke arah perempuan itu. "Itu hanya sebuah kesalahan El, dan aku mabuk waktu itu."
"Kesalahan kau bilang?!" Teriak Ela histeris. Kaki perempuan itu yang hanya berbalut hot pants berjalan cepat ke arah Kriss. Tanpa disangka Ela langsung duduk di atas pangkuan pria itu yang terlihat sangat kacau.
Kriss berusaha menjauhkan Ela dari tubuhnya. "Apa yang kau lakukan El?" Kriss sudah hampir kehilangan kesadaran, pria itu bahkan tidak benar-benar mendorong Ela dari tubuhnya.
"Mengulang kejadian itu? Agar kau sadar jika apa yang kita lakukan bukan sebuah kesalahan." Dengan gerakan cepat bibir Ela langsung bertubrukan dengan bibir Kriss yang basah karena alkohol.
****
Jadwal Arabel hari ini benar-benar kosong. Hal itu menjadi kesempatan dirinya untuk bersantai selama satu hari penuh tanpa harus banyak berpose seperti biasa. Banyak kegiatan menyenangkan yang Arabel lakukan tadi, seperti berjalan santai di taman apartemennya, atau berkeliling kota dengan mengendarai mobil. Ternyata menjadi pengangguran selama satu hari menyenangkan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Simpanan
RomanceArabella Mahda, seorang model majalah yang terkenal ini ternyata simpanan seorang CEO di perusahaan ternama. Elang Patrialis Wilson, yang sialnya pria itu adalah kakak angkatnya sendiri. Sang Simpanan ©2021 MisIcaynie 2021.10.10