"Ara, malam ini bisa pulang ke rumah?"
"Kayaknya enggak bisa Mi, aku masih capek banget."
"Ah begitu ya, memang kamu pulang jam berapa?"
"Sekitar jam satu, jadi masih mau istirahat. Ini aku juga lagi tiduran."
"Yang benar? Kata Kakak, kamu lagi jalan sama teman, kamu jangan bohong ya Ra."
Arabel tertawa renyah. "Becanda Mi."
"Jadi bisa kan malam ini pulang? Keluarga Om Jordan ngajak makan malam. Datang ya?"
"Tapi Mi-"
"Enggak ada penolakan! Kakak bakal jemput kamu nanti."
"Oke aku datang. Tapi enggak usah di jemput juga, aku bisa berangkat sendiri."
"Bohong enggak nih?"
"Enggak janji."
"Heh!"
"Maksudnya enggak bohong, janji."
"Bagus. Kalau begitu hati-hati ya, see you honey."
"See you too."
Arabel kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas. Dia menghela nafas pelan, sebenarnya malam ini ia berniat pergi ke klub bersama Kriss agar bisa melupakan beban pikirannya sejenak. Tapi panggilan dari Mami tadi membuat Arabel terpaksa mengurungkan niat. Lagi pula jika dia menolak pun, mami pasti akan memaksa Arabel dengan seribu cara yang membuat Arabel terpaksa menuruti kemauannya.
Sebenarnya ini semua berkaitan dengan Elang. Seperti malam ini ketika ia tiba-tiba mengajak Kriss mabuk-mabuk kan di klub, dan ia sempat menolak perintah Mami tadi. Karena Arabel hanya ingin menghindari Elang untuk sementara, atau perlu selamanya.
"Kenapa beb?" Kriss menatap Arabel sejenak, lalu kembali fokus dengan makanannya.
"Kayaknya malam ini kansel dulu deh. Mami nyuruh aku pulang," ucap Arabel menyesal karena membatalkan acar mereka begitu saja.
"Loh kenapa?" tanya Kriss sedikit kecewa. Dia menyimpan sendoknya setelah selesai makan. Mengambil tisu dan mengelap pelan bibirnya.
"Makan malam biasa," jawab Arabel.
"Biasanya juga skip, tumben banget mau," ujar Kriss heran.
"Enggak enak sama Mami, tapi kali ini bareng keluarga Om Jordan jadi rasanya enggak etis kalo enggak datang."
"Enggak etis atau takut Ariana nempel terus sama Elang?" goda Kriss.
"Aku tidak memedulikan itu lagi Kriss," balas Arabel jengah.
Kriss tertawa mendengar penuturan Arabel, lalu atensinya teralihkan pada layar ponselnya yang berkedip beberapa kali. Dia tahu Arabel kerap cemburu dengan kedekatan Elang dan Ariana, tapi perempuan itu terlalu gengsi untuk mengakuinya.
"Sebenarnya aku ingin bebas dengan hubungan seperti ini," ujar Arabel tiba-tiba.
"What, serius? Kalian bertengkar lagi?" Kriss yang semula tengah berbalas pesan dengan seseorang kini memilih fokus mendengarkan Arabel.
"Ya sedikit," balas Arabel, "Aku merasa tengah dimanfaatkan dengan hubungan seperti ini, dia terlihat hanya membutuhkan tubuhku Kris. Sementara bukan hanya sentuhannya yang aku butuh kan, tapi juga hatinya."
Selama ini Arabel selalu menunggu, menunggu Elang untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya, agar Arabel tidak merasa dimanfaatkan seperti ini. Dan membuat hatinya terkadang menjadi bimbang. Ia hanya takut Elang akan membuangnya setelah merasa puas, atau jika pria itu menemukan penggantinya yang lebih sempurna.
![](https://img.wattpad.com/cover/287831902-288-k818318.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Simpanan
RomanceArabella Mahda, seorang model majalah yang terkenal ini ternyata simpanan seorang CEO di perusahaan ternama. Elang Patrialis Wilson, yang sialnya pria itu adalah kakak angkatnya sendiri. Sang Simpanan ©2021 MisIcaynie 2021.10.10