Tarikan nafas panjang dari hidung Arabel membuktikan jika wanita itu cukup kelelahan. Selama berjam-jam ia berdiri dengan banyak lampu yang menerangi, juga berbagai pose yang sudah ia lakukan, Arabel akhirnya dapat menghirup udara segar di luar gedung.
Sebenarnya bukan hanya sebuah foto yang ia jalani hari ini. Arabel juga menjalani proses syuting iklan, yang mempromosikan tentang skincare yang tidak pernah lepas dari yang namanya kaum hawa. Cukup melelahkan memang, tapi Arabel senang ketika menjalaninya.
Sedari tadi bayangan tentang bak mandi yang penuh dengan busa wangi, juga segelas anggur dan lilin aroma terapi, tidak pernah lepas dari pikiran Arabel. Perempuan itu sudah menantikan sejak tadi saat-saat bersantainya, hingga Arabel terus-menerus melengok ke arah jam kecil yang melingkar di tangannya.
Kini Arabel tengah berdiri di depan gedung yang menjadi akhir dari kegiatannya hari ini. Perempuan itu tengah menunggu Ela yang tadi izin pulang terlebih dahulu karena urusan mendadak, yang entah urusan apa hingga sepupunya itu meninggalkan Arabel, dan membuat ia menunggunya begitu lama.
Tapi melihat kilauan cahaya mobil yang semakin lama mendekatinya membuat Arabel bisa bernafas lega. Itu pertanda jika Ela tidak melupakan dirinya, buktinya perempuan itu menjemput Arabel walaupun ini cukup terlambat.
Suara decitan yang tercipta antara gesekan aspal dan ban mobil, membuat mimik wajah perempuan itu yang semula berseri langsung tergantikan dengan raut wajah bingung. Pasalnya mobil yang kini berhenti di depannya kini bukan mobil milik Ela, bahkan Elang sekalipun. Karena terkadang pria itu menjemput dirinya walaupun Arabel tidak meminta.
Grek
Suara pintu mobil yang terbuka di bagian pengemudi membuat Arabel menunggu siapakah yang sebenarnya pemilik kendaraan ini. Perempuan itu mengamati dengan seksama sebuah sepatu pantofel berwarna hitam yang terlihat sangat mahal, terpasang di kaki jenjang yang ternyata milik seorang pria. Hingga pandangan Arabel naik ke arah tubuh pria itu yang terlihat kekar dengan dada sebidang lapangan. Terus naik, dan terpampang jelas siapa gerangan pria yang menghampirinya saat ini.
"Ikut aku sebentar." Suara Nathaniel terdengar lebih kalem dari biasanya. Pria itu bahkan repot-repot tersenyum lebar, berbanding terbalik dengan kebiasaannya yang selalu terlihat kesal jika di hadapannya.
Bukannya merasa senang dengan perubahan tiba-tiba Nathaniel, mata Arabel malah berkilat curiga. "Ada apa denganmu?" Pria macam dia memang patut diwaspadai.
Senyum lebar dari bibir Nathaniel belum juga luntur. Pria itu malah menariknya semakin ke atas hingga terlihat penampakan giginya yang berjejer rapi. "Temani aku makan malam." Ia terlihat memohon.
Mata perempuan itu semakin menyipit, seperti tengah mendeteksi niat Nathaniel yang sebenarnya. "Tumben." Arabel belum percaya oke.
Nathaniel terlihat berpikir. "Em.... anggap saja aku menyambutmu sebagai rekan bisnis karena menjadi model perusahaan ku." Katanya lancar. "Atau perayaan karena kita baru saja bertemu setelah sekian lama."
Dua kali gelengan kepala Arabel tunjukan. "Sudah terlalu malam, aku harus pulang." Memangnya dengan alasan seperti itu Arabel akan percaya begitu saja? Tentu tidak.
"Ini hanya sebuah makan malam Arabel, kenapa kau terlihat sangat keberatan." Wajah Nathaniel terlihat kecewa.
Arabel mengibaskan rambut panjangnya ketika tiba-tiba dirinya merasa gerah setelah berbicara dengan Nathaniel. "Kau pikir aku percaya dengan kata-katamu?"
Wajah Nathaniel semakin tertekuk, menarik nafas lebih panjang sebelum selangkah lebih dekat dengan Arabel. "Lagi pula kau pulang dengan siapa?"
"Bukan urusanmu." Kata Arabel kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Simpanan
RomanceArabella Mahda, seorang model majalah yang terkenal ini ternyata simpanan seorang CEO di perusahaan ternama. Elang Patrialis Wilson, yang sialnya pria itu adalah kakak angkatnya sendiri. Sang Simpanan ©2021 MisIcaynie 2021.10.10