4. Obat penenang

15.5K 385 3
                                    

Setelah meneteskan antiseptik pada selembar kapas, Arabel mulai mengobati luka dibibir Kriss yang sebenarnya hanya luka kecil. Tindakan ini hanya bentuk rasa bersalah Arabel terhadap Kriss, tidak lebih. Juga sebagai permohonan maaf darinya untuk mewakilkan Elang.

"Sudah lebih baik Kriss?"

Arabel menata kembali peralatan tadi kedalam kotak obat, membuatnya berjejer rapi seperti barisan upacara. Setelah terdengar bunyi klik pada wadah berwarna putih itu, Arabel meletakkan kembali diatas dasbord mobil bersebelahan dengan kotak tisu, dan boneka kucing yang kepalanya bergerak ketika terguncang.

"Ini hanya luka kecil Ra, aku sudah baik-baik saja sejak tadi." Kriss mendengus sesaat lalu tersenyum geli melihat Arabel yang khawatir.

"Harusnya kamu membalas perbuatan Elang," ucap Arabel menggebu-gebu. Ia menyesal karena tidak menampar Elang sebagai balasan tadi.

"Untuk apa? aku terlalu malas meladeni pria seperti itu."

Bukan malas, lebih tepatnya Kriss sedang berusaha membuat citranya lebih baik di mata Arabel. Padahal tadi ia sudah mengepalkan tangannya bermaksud membalas Elang. Tapi melihat Arabel yang menghampiri dirinya, membuat Kriss mengurungkan niat. Dia merasa menang akan hal itu.

Kriss hanya mau menyadarkan Arabel, bahwa Elang benar-benar tidak pantas mendapatkan cintanya. Masih banyak pria diluar sana yang mampu membuat Arabel bahagia melebihi Elang.

"Dia memang seperti itu, selalu berasumsi sendiri tanpa mau mendengar penjelasanku terlebih dahulu." Arabel berdesis lirih, dia menggigit pipi bagian dalamnya gemas.

"Elang pria buruk Ra, dia tidak pantas untuk dirimu." Kriss menatap Arabel sesaat.

Mendengar ucapan Kriss barusan membuat Arabel langsung menoleh, dia menatap tajam pada pria itu. Seolah merasa tidak setuju dengan pernyataan Kriss barusan.

"Kamu tidak tau yang sebenarnya Kriss, jadi jangan mengatakan hal buruk tentang Elang." Arabel memperingatkan pria itu.

Kriss tertawa pelan, merasa lucu dengan perkataan Arabel. "Kamu bahkan kembali membela pria itu setelah apa yang kamu katakan tadi. Bukannya kamu ingin mengakhiri semua ini Ra?"

Terkadang Kriss merasa heran dengan Arabel, wanita itu menjelekkan Elang tapi akan merasa tidak terima jika orang lain mengatakan hal yang buruk tentang pria itu. Sepertinya ucapan Arabel jika Elang seorang pria brengsek hanyalah rasa kesal sementara.

"Tidak semudah itu! kamu tidak tau apa yang kurasakan Kriss, jadi stop terus-terusan memojokkanku." Arabel mendesah lelah.

"Mudah! Hanya saja kamu yang mempersulit keadaan. Kamu bisa lepas dari Elang jika kamu bersikap tegas dengan dia dan dirimu sendiri. Katakan apa yang kamu mau dari Elang, jika dia tidak bisa melakukannya maka pergi ra, tinggalkan dia."

"Jangan membuang waktu hanya untuk sesutau yang masih abu-abu," lanjut Kriss berharap Arabel mengerti maksudnya.

Pikiran Arabel sedikit terbuka sekarang, selama ini memang dia terlalu lemah untuk melawan perasaannya. Dia bertahan untuk Elang karena cinta, padahal dia tidak pernah mendapat balasan sama sekali. Hatinya selalu beralasan jika suatu saat pria itu dapat membalas perasaannya, walaupun itu hanya sekedar angan-angan semata.

"Aku tau," balas Arabel, "tapi untuk saat ini aku belum bisa meninggalkan dia Kriss, ini benar-benar sulit untukku."

"Ra...." Kriss menghadapkan seluruh tubuhnya pada Arabel, dia menatap perempuan itu tajam. Terlihat raut wajah Arabel yang entah itu sedih, kecewa, atau lelah Kriss tidak tau pasti. Yang jelas saat ini sepertinya yang Arabel butuhkan adalah pelukan, atau sekedar sandaran.

Sang SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang