7. Dia Ariana

9K 322 4
                                    

Begitu Arabel turun kebawah menuju acara makan malam dimulai, semua sudah tertata rapi. Berbagai hidangan mewah disajikan di atas meja, piring dengan gelas-gelas cantik juga ditata sedemikian rupa. Semua keluarga Wilson hadir, bahkan sepupunya yang bekerja di luar kota pun turut serta dalam makan malam ini.

Tapi malam ini tidak seperti malam-malam biasanya. dinner yang seharusnya dilaksanakan di ruang makan utama, kini beralih tepat di halaman belakang yang sudah di sulap dengan lampu-lampu kecil sebagai hiasannya.

Apakah ada acara lain? begitu pemikiran Arabel.

Perempuan itu berjalan anggun, menyapa beberapa orang yang berada di sana, lalu memilih duduk di samping Iris, tepat di depan Elang yang terus mengawasinya. Arabel memilih tidak peduli, hari ini Elang cukup menjengkelkan. Pria itu sejak sore selalu mengganggu dirinya, dan terus menunjukan betapa berkuasanya Elang terhadap Arabel.

ia menyesap pelan secangkir White Tea yang disajikan oleh salah satu pelayan. Rasanya unik dan khas, cukup memuaskan untuk harga jutaan perkantong.

Selang beberapa menit, yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Keluarga Franklin, yang berisi Ariana, Jordan, dan Natalie terlihat keluar dari pintu halaman belakang dengan dipimpin oleh salah satu pelayan yang membimbing keluarga itu kemari.

Ariana mengenakan Empire waist dress, dengan panjang di bawah lutut berwarna dusty pink polos. Dipadukan dengan Stiletto heel berwarna senada.

Jordan memilih duduk di dekat Grison dan tentunya Natalie yang selalu mengekor di belakang suaminya. Semantara Ariana memilih duduk di samping Elang, dari pada mengikuti kedua orangtuanya.

Bahkan dapat Arabel lihat sejak Ariana tiba di sini, matanya tidak pernah lepas menatap Elang. Siapapun dapat menyadari jika Ariana memang menyukai kakaknya. Bisa dibilang, memang perempuan itu selalu bertingkah blak-blakkan sejak dulu.

Tiba-tiba malam ini mendadak panas sekali, padahal Arabel tidak menggunakan pakaian yang tebal. Ia mengibas-ibaskan tangannya berharap rasa panas itu segera hilang. Tapi seketika matanya melotot tajam ketika melihat Ariana dengan lancangnya mendekap jemari Elang dengan kedua tangannya. Sial!

"Dadamu panas Ra?" Ela, sepupu sekaligus seseorang yang merangkap sebagai managernya itu, menatap Arabel dengan kerilingan jahil.

"Apa?" Arabel berdehem kecil. "Aku- sedikit kepanasan."

"Kau cemburu kan." Tebak Ela antusias, seolah apa yang baru saja diucapkan adalah sebuah kebenaran. "Well itu wajar, kau kekasihnya. Tapi kau yakin hanya berdiam diri seperti ini Ra? Jika aku jadi kau, sudah kusiram perempuan itu dengan semangkok soup ini."

Pandang Arabel beralih pada Cream soup jagung yang masih mengepul panas, lalu beralih menatap Ariana yang semakin menempel dengan Elang. Itu ide bagus, tapi tidak mungkin Arabel melakukannya dengan sengaja. Bisa-bisa ia dimaki tujuh hari tujuh malam oleh Natalie yang super crewet itu. Wanita tua itu memang sejak dulu tidak pandai menyembunyikan rasa tidak sukanya pada Arabel.

"Ela, kau gila. Sungguh." Arabel menggeleng tidak percaya.

"Kau juga gila kan? Tergila-gila dengan Elang," ujar Ela berbisik.

Arabel mendelik. "Tutup mulutmu!"

Bisa gawat jika sampai ada yang mendengarnya. Bukan masalah besar jika ia bukan lagi bagian wilson, tapi rasanya tidak sanggup jika harus melihat tatapan kecewa dari mereka semua. Bagaimana pun Arabel tidak akan seperti sekarang jika tanpa dukungan dari keluarganya.

"Baik-baik. Maafkan aku." Ela akhirnya diam, ia beralih sibuk mengotak-atik ponselnya sembari menunggu semua hidangan siap disajikan.

Sejak awal Ela memang tau bagaimana hubungannya dengan Elang. Walaupun semua ini salah, Ela tidak pernah menghakimi dirinya, perempuan itu hanya akan memberikan nasihat-nasihat sederhana agar Arabel tidak salah melangkah. Atau memberikan pelukan ketika ia sedang bersedih.

Sang SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang