Bulan masih menampakkan dirinya di langit malam, angin terasa sangat dingin dan suasana tenang dimana bising kendaraan mulai tidak terdengar.
Pria itu melangkah dengan santainya melewati sebuah lorong sepi, di ujung lorong itu terdapat sebuah pintu besar dengan dua orang yang berjaga berpakaian hitam.
Dua orang itu dengan sigap membukakan pintu untuk pria itu, tanpa memperdulikan dua orang tadi, pria itu langsung memasuki ruangan dimana terdapat beberapa ajudan dan seorang pria lainnya yang menunggu di meja kerjanya.
"Ada perlu apa? Tumben sekali kau meminta jasa dariku, kakak tertua." Pria itu dengan santai duduk di atas meja kerja dimana pria lainnya langsung menatapnya dengan tajam.
"Anak-anak itu kabur lagi." Pria itu menyadarkan tubuhnya ke kursi.
"Lagi?" Pria pertama langsung tersontak, namun tak lama dia kembali santai sambil mengambil buah apel yang ada di atas meja. "Paling-paling mereka kembali lagi dalam beberapa hari," lanjutnya sambil mengigit buah apel itu.
"Tidak Rudy, mereka benar-benar mempersiapkan pelarian mereka dengan matang-matang." Pria itu langsung berdiri dari kursinya.
"Maksudmu?" Pria bernama Rudy tadi tampak belum menangkap ucapan pria itu.
Dia kemudian memberikan sebuah kertas dokumen coklat pada Rudy dan beberapa foto.
Rudy dengan santainya membuka isi dokumen itu dan membacanya perlahan, pria tadi tampak menunggu ekspresi yang dikeluarkan oleh Rudy.
Benar saja, Rudy sedikit tersedak saat kembali mengigit buah apel yang ada di tangannya, dia juga dengan segera melihat beberapa foto yang tergeletak di atas meja.
Brak!
"Mereka berusaha untuk pulang?!" Rudy sedikit berteriak.
"Itu salah satu yang aku takutkan, itulah mengapa aku meminta bantuanmu untuk membawa mereka kembali sebelum mereka sampai ke tempat itu."
"Apa kau memiliki petunjuk dimana mereka terakhir kali terlihat?" tanya Rudy.
Pria itu kemudian memberikan sinyal pada salah satu ajudannya, seorang laki-laki mendekati Rudy dan memberikan beberapa foto dari kemera cctv sebuah toko di pusat perbelanjaan.
"Mereka terakhir kali terlihat di sebuah pusat perbelanjaan, tepatnya di kota ****, walaupun yang terlihat hanya mereka bertiga, tapi itu petunjuk yang sudah berguna bukan?" Pria itu mendekati Rudy yang masih memperhatikan foto yang menangkap tiga remaja sedang berbelanja.
"Dari mana kau dapatkan ini?" tanya Rudy dengan ekspresi curiga.
Pria itu tidak suka dengan tatapan Rudy, dia menyempitkan matanya dan balas menatap Rudy. "Aku memiliki kenalan, lalu kenapa? Kau ada masalah dengan itu?"
"Tidak."
"Jangan banyak bertanya dan lakukan saja apa yang ku minta."
Rudy melonggarkan dasinya dan membuka ujung kunci kemejanya, dia menatap salah satu foto remaja itu dimana gadis tersenyum ke arah kamera.
"Jangan macam-macam, aku tidak mau mencium aromamu di tubuh gadis-gadisku. Apa lagi untuk bocah itu."
Rudy kemudian kembali mengancingkan kancing bajunya dan merapikan foto-foto remaja itu menjadi satu.
"Ngomong-ngomong, sampai kapan kau akan menyembunyikan hal itu dari mereka? Terutama masalah anak itu dengan-"
Pria itu langsung mencekik lehernya dengan satu tangan, tujuannya agar Rudy tidak lagi melanjutkan kata-katanya. "Tidak ada yang boleh tahu, masalah anak itu dengan kelompok biadab itu, semua itu adalah urusanku."
![](https://img.wattpad.com/cover/285434145-288-k278692.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN AWAY : Teenagers
ActionApa yang akan kau lakukan, jika kau menjadi anak angkat dari pemimpin organisasi kriminal? Senang? Takut? Atau biasa saja? Tentunya hidupmu akan dipenuhi barang-barang mewah, namun hidupmu akan penuh dengan sandiwara agar identitasmu tidak diketahui...