"Laporan?" tanya Toska.
"Kita kehabisan cemilan, kapten!" jawab Indigo.
Toska hanya membalas dengan ekspresi kaget. "Jangan bercanda, semua cemilan yang kita bawa sudah cukup untuk 2 minggu."
"Hanya tersisa satu dan kini mendekati habis," ucap Azul.
"Demi bunga daging! Siapa yang habiskan persediaan makanan 2 Minggu kita?!" tanya Toska sambil menghentakkan kakinya.
"Kak Kemuning," jawab Indigo sambil menunjuk ke arah Kemuning.
Seluruh mata tertuju pada Kemuning, Kemuning yang sadar, langsung berhenti memakan sebuah snack keripik dan menyembunyikannya di belakang badan.
Toska langsung mengerti dengan kebiasaan Kemuning sehingga dia tidak perlu berteriak.
"Kalau begitu beberapa dari kita harus pergi keluar untuk berbelanja cemilan," ucap Toska. "Tunggu, hanya cemilan yang habis kan?"
"Yup, hanya cemilan," ucap Violet.
"Kalau begitu..." Toska menatap satu persatu orang yang ada di depannya.
"Aku ikut! Aku ikut!" Indigo mengacungkan tangan tinggi-tinggi.
"Tidak Indigo, kau ada kelas Fisika dengan Azul," ucap Toska menolak permintaan Indigo.
"Yahh.." Indigo tampak langsung lesu dan dia melihat ke arah Azul yang tersenyum padanya.
"Akh! Mhau Highut!" Jingga ikut mengangkat tangannya.
"Kau tahu aku tidak akan mengijinkanmu keluar tanpa pengawasanku Jingga. Tidak!" jawab Toska tegas.
Jingga tampak langsung ikut lesu.
"Maron, Violet, kalian lakukan misi lapangan untuk belanja persediaan cemilan kita, jika ada waktu sekalian pergi membeli baju baru," perintah Toska.
"Siap!" sahut Maron dan Violet.
"Sebagai hukumanmu Kemuning, kau ikut bersama dengan mereka," lanjut Toska.
"Yheay!" sorak Kemuning yang langsung di sambut dengan pelukan hangat dari Violet.
"Tunggu! Apa?!" Maron tampak tidak setujuh.
Dia langsung menarik kerah baju Toska. "Apa kau sudah gila? Pikirkan kondisi mental ku jika mengurus dua perempuan seperti mereka!" Maron menunjuk ke arah Kemuning dan Violet.
"Apa kau bilang?!" Violet tampak kesal.
"Dan yang lebih penting lagi. Harus kau tahu, Kemuning lebih berbahaya jika pergi keluar!" protes Maron.
Toska masih tetap santai meskipun Maron berteriak ke arahnya, dia hanya bisa tersenyum mendengarkan ocehan itu.
"Ya, lagi pula mereka perempuan. Harus ada laki-laki yang jadi pelindung dan laki-laki itu adalah kau," ucap Toska sambil melepaskan tangan Maron dari kerah bajunya.
"Kenapa harus aku?! Kau juga bisa melakukannya!" protes Maron lagi.
Toska menutup mulut Maron dengan black card. "Karena tugas kakak tertua, harus melindungi adik-adiknya," ucapan Toska menghentikan ocehan Maron.
Maron hanya bisa pasrah dan mengambil black card yang menutupi mulutnya.
"Sekedar saran Kak Maron," ucap Indigo pelan.
"Apa?!" tanya Maron dengan nada kesal.
"Jangan marah-marah terus, nanti cepat tua," lanjut Indigo sambil bersembunyi di belakang badan Toska.
Pfft!
Jingga dan Azul menahan tawanya.
Set!
Lirikan tajam Maron langsung menghentikan tawa Jingga dan Azul.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN AWAY : Teenagers
ActionApa yang akan kau lakukan, jika kau menjadi anak angkat dari pemimpin organisasi kriminal? Senang? Takut? Atau biasa saja? Tentunya hidupmu akan dipenuhi barang-barang mewah, namun hidupmu akan penuh dengan sandiwara agar identitasmu tidak diketahui...