"Pokoknya kalian segera pergi dari sana!" tegas Eva.
"Memang kenapa? Bagaimana bisa Ayah tahu lokasi kami sedetail itu?!" Azul menggebrak meja tempat dimana laptop yang digunakan mereka untuk berkomunikasi dengan Eva.
"Tenangkan dirimu Azul, otakmu tidak akan berpikir jernih jika sedang emosi. Jadi tenangkan dirimu." Eva masih sempat menasehati Azul yang sepertinya sedang panik.
Maron menarik Azul untuk menjauh dan memberikannya pada Indigo yang bertugas memenangkannya, Maron mengambil alih untuk menjadi perantara komunikasi antara Eva dan yang lainnya.
"Bagaimana bisa, tante?" kata Maron melanjutkan pertanyaan Azul.
Eva terlihat memasang ekspresi waspada, dia tak henti-hentinya menatap ke arah lain di depannya yang sepertinya adalah pintu. Dia tahu jika dia tidak waspada, maka seseorang mungkin mengetahui bahwa dirinya telah membantu pelarian anak-anak ini.
"Ingat oknum polisi yang selalu membantu kita menghilangkan jejak kriminal kita? Orang itu yang memberitahu posisi kalian dan juga–" ucapan Eva terhenti sejenak. "Kapan kalian memelihara kucing dan ular?! Kedua hewan itu bermusuhan!" seru Eva yang membuat Maron seolah merasakan aura kemaranan Eva via video call.
"Aku tau itu sedikit keluar dari topik, tapi mereka akur-akur saja... dengar tante, kami sama sekali tidak banyak keluar sejak kejadian pembunuhan itu dan kami juga tidak dekat-dekat dengan polisi lagi, aku tahu banyak polisi yang menyamar tapi kami sudah tahu persis seperti apa polisi saat menyamar."
"Bagaimana bisa polisi bisa tahu secepat dan sedetail ini? Bahkan ayah saja tidak bisa melacak sedetail itu, pasti ada mata-mata yang mengikuti kami diam-diam." Violet menambahkan perkataan yang harus dikatakan Azul.
"Sebenarnya ada rencana lain dari Alpha juga, tapi aku tidak tahu apakah mereka benar-benar melakukannya atau tidak." Eva mengatakannya dengan suara yang sedikit dipelankan.
Azul yang tadinya mulai tenang dengan tingkah Indigo yang memamerkan Abu di tangannya langsung kembali fokus dengan laptop.
Violet yang awalnya sibuk membereskan pakaian bersama Kemuning juga langsung menoleh kearah yang sama.
"Rencana apa?!" sontak Azul dan Violet bersamaan.
Mereka berdua dengan cepat dan sedikit langsung mendorong langsung mendekati tempat Maron dan menggesernya dari depan laptop hingga jatuh tersungkur.
"Mahun!" Jingga yang tadinya juga sibuk membereskan pakaiannya secara berantakan langsung membuang pakaiannya dan beralih ke tempat Maron yang masih tengkurap di lantai.
"Kenapa aku selalu jadi korbannya." Maron memegang dahinya karena mengenai kerasnya lantai.
"Rencana apa?! Apa mereka mengirimkan mata-mata untuk mengikuti kami?!" tanya Azul dan Violet bersamaan, mereka kemudian saling melakukan tos tangan tanda mereka sepemikiran.
"Bukan polisi atau mata-mata, aku sendiri tidak tahu apa rencana mereka akan berhasil, tapi—"
Eva langsung menutup laptopnya seketika, Violet yang tidak tahan langsung mengambil laptop itu dan melemparkannya ke arah dinding, tapi untungnya Indigo dengan tangkas menangkapnya sebelum pecah.
"Aku benci orang yang bicara setengah-setengah! Benar-benar menyebalkan!" Violet langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur sambil menghentakkan kakinya berkali-kali.
"Kalau tidak salah tadi Kemuning mendengar ada langkah kaki, mungkin ada yang datang. Apa Azul mendengarnya juga?" tanya Kemuning yang berpikir positif.
"Siapapun orang itu... aku harap harinya tidak berjalan dengan baik." Azul mematahkan pensil hotel dengan tangannya yang langsung membuat Indigo dan Jingga ketakutan, kecuali Kemuning yang langsung bersorak kecil sambil bertepuk tangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
RUN AWAY : Teenagers
ActionApa yang akan kau lakukan, jika kau menjadi anak angkat dari pemimpin organisasi kriminal? Senang? Takut? Atau biasa saja? Tentunya hidupmu akan dipenuhi barang-barang mewah, namun hidupmu akan penuh dengan sandiwara agar identitasmu tidak diketahui...