Kenyataan Yang Pahit

12 3 0
                                    

Mereka terpaku menatap kawasan kosong yang hanya terdiri dari bangunan tak terpakai dan sudah dimakan oleh tanaman, dari bentuk bangunan itu terlihat sekali bekas hitam di dinding-dinding dan kerangka kayu bangunan yang menghitam.

"Bohong." Toska menggeleng tak percaya.

Kemuning, Azul, dan Maron menatap ke sebuah gedung yang hanya tersisa kerangka bangunan. Sebuah memori masa lalu saat mereka sangat suka bermain petak umpet kembali terlintas di kepala mereka, meskipun bangunan sudah tak berbentuk, mereka masih bisa mengingat tempat itu.

"Azul! Ketemu!"

"Whhaa!!"

"Hahaha!"

"Aku sudah bilang aku ga pintar main petak umpet."

"Maron! Ketemu!"

"Yahh... Menyebalkan!"

Violet, Toska, dan Jingga menatap sebuah pohon besar yang masih hidup dan berdiri kokoh seolah menunggu kedatangan mereka. Sebuah memori masa lalu dimana di tempat itulah mereka selalu bermain dan berkumpul bersama, tempat dimana anak-anak panti selalu mendengarkan cerita dari ibu pengasuh sebelum datangnya magrib.

"Maron! Maron!... Jangan ganggu Toska! Kasihan... Violet! Berhenti bikin Azul nangis!... Kemuning! Jangan makan terus, dengarkan dulu!... Jingga sayang! Duduk nak! Jangan lari-lari terus!"

Semua memori yang sudah pudar kembali teringat jelas di kepala mereka, apapun yang terjadi pada panti asuhan bukanlah hal yang bagus dan dilihat dari kondisi panti yang sudah terbengkalai, mereka tahu persis bagaimana nasib orang-orang disini saat itu.

"Bagaimana bisa?" tanya Toska tanpa menoleh ke arah Somat yang berdiri di belakang mereka.

Somat diam sejenak, dia ragu untuk menjelaskan kebenaran pada mereka. "Beberapa bulan setelah kalian di adopsi, terjadi kebakaran yang menewaskan semua anak-anak termasuk pemilik yayasan."

Toska terbelalak kaget dan langsung menoleh ke arah Somat yang tampak tak tega menceritakan semuanya. "Semua?" Toska merasakan ada sesuatu yang janggal.

"Tak ada yang selamat."

"Bagaimana bisa?!"

Somat kaget dengan reaksi Toska yang tak pernah dia lihat sebelumnya, dia tahu jika Toska sulit menerima kenyataan, namun melihat reaksi Toska membuatnya agak kebingungan.

Kemuning langsung jatuh terduduk dan suara Isak tangis terdengar, Azul dan Maron menenangkan kedua gadis mereka yang sebenarnya semuanya sedang merasakan duka mendalam. Jingga berbalik badan dan langsung berlari pergi meninggalkan area panti, Indigo yang tahu jika kakaknya itu tidak boleh di tinggal sendirian langsung menyusulnya.

"Menurut penyelidikan polisi, penyebab kebakaran karena api dari lilin, semua pintu dan jendela terkunci, jadi mereka semua..." Somat tidak kuat untuk bercerita lagi.

Kepala Toska terasa berat, matanya terasa perih hingga memerah, sekuat tenaga dia berusaha untuk tidak meneteskan air mata. Mereka sudah sejauh ini, mereka hanya ingin tahu kebenaran yang disembunyikan yang ternyata memang tidak seharusnya mereka ketahui.

"Sudah sejauh ini... Aku hanya ingin tahu bagaimana kabar dan... Apa hubungannya dengan... Aku pikir Mama pasti tahu cara menyelamatkan kami dari dia." Toska menutupi wajahnya dengan kedua tangan, tanpa mengeluarkan suara, mata Toska sudah banjir dengan air mata.

Maron dan Azul juga sudah meluapkan emosi mereka, mereka tidak menghiraukan Toska yang berusaha menyembunyikan perasaan duka nya.

"Saya yakin Rena pasti juga sangat terpukul atas kejadian itu." kalimat dari Somat langsung menarik perhatian Toska dari perasaan dukanya.

RUN AWAY : TeenagersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang