Disebuah gang kecil, seorang pria tua tengah mengobati wajah remaja yang terlihat babak belur, tangannya terus gemetaran dengan keringat yang membasahi seluruh wajahnya.
Bagaimana tidak? Beberapa remaja lainnya memegang pistol ditodongkan tepat di arahnya, sekali saja dia membuat kesalahan atau berteriak meminta bantuan, tentunya peluru akan langsung melubangi kepalanya.
"Su-sudah..." Pria itu selesai menutup luka di wajah remaja itu dengan kapas yang dibalut kain kasa.
"Aku kira perlu dijahit." Maron segera bangkit. "Terimakasih dokter."
Pria tua itu mengangguk pelan meskipun dia masih ketakutan.
"Toska, giliran kamu." Kemuning tersenyum pada Toska.
"Aku tidak perlu di obati," ucap Toska. "Ini cuman luka ringan, bisa sembuh sendi-"
"TOSKA!" Maron, Kemuning, Azul, dan Violet meneriakinya secara bersamaan.
"Oke baik! Giliranku." Toska tidak memiliki pilihan lain, dia memberikan pistolnya pada Maron untuk bergiliran berjaga.
Toska duduk di depan pria berjas putih tadi, pria tadi dengan tangan yang masih gemetar mulai memeriksa tubuh Toska yang terlihat lebam. "Hanya wajah dan lengan saja," ucap Toska.
"Toska!" Maron membentak dan justru menodongkan pistol ke arahnya.
Toska tersontak, dia perlahan mengangkat bajunya dan terlihat luka lebam besar di sisi perutnya. "Astaga." Pria itu terbelalak.
Maron dan Azul juga dengan sigap menutup mata Jingga, Azul bahkan juga mengalihkan perhatian Jingga dengan mengajaknya ke mobil.
"Bagaimana? Kalau keberatan tidak apa." Toska menurunkan kembali bajunya.
Ceklek!
Pria itu tersentak, Maron dan yang lainnya mulai melangkah mendekatinya. "Sa-saya bisa atasi!" Pria tua itu menahan tangan Toska yang kembali menutup bajunya.
###
"Baiklah, saya sudah catat nomor rekening Bapak, jadi tunggu saja transfer uangnya ya." Violet berterima kasih pada pria tua itu.
"To-tolong jangan biarkan teman kalian bergerak terlalu banyak, dia tidak boleh melakukan pekerjaan berat atau mungkin luka dalamnya akan semakin parah." Pria tua itu berusaha menjelaskan dengan tenang meskipun Kemuning masih menodongkan pistol padanya.
"Kami berhutang pada Anda, terimakasih banyak dokter." Kemuning menurunkan pistolnya.
Sementara itu, Maron membantu Toska untuk berjalan menuju mobil.
"Jika sekali saja kau kembali bersifat sok kuat, aku akan membiarkanmu mati." Maron menceramahi Toska dengan nada kesal.
"Kalau kau membiarkanku mati, kau yang akan paling pertama ku gentayangi," balas Toska.
"Kalau hantunya seperti dirimu, aku hanya perlu memukul wajahmu."
Jingga membuka pintu untuk Toska dan ikut membantunya menaiki mobil. "Girls!" panggil Maron.
Kemuning dan Violet dengan cepat pergi meninggalkan pria tua itu, mereka dengan segera memasuki mobil dan kembali pergi.
"Argh..." Toska memegang luka di perutnya.
"Maaf, aku akan memelankan mobilnya jika sudah agak jauh. Tahan sebentar." Maron sedikit memelankan laju mobilnya ketika Toska mengerang kesakitan.
Sepanjang perjalanan tidak diisi dengan lagu ataupun percakapan, mereka sibuk memikirkan luka Toska dengan yang sebenarnya juga mengganggu pikiran Maron saat mengemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN AWAY : Teenagers
ActionApa yang akan kau lakukan, jika kau menjadi anak angkat dari pemimpin organisasi kriminal? Senang? Takut? Atau biasa saja? Tentunya hidupmu akan dipenuhi barang-barang mewah, namun hidupmu akan penuh dengan sandiwara agar identitasmu tidak diketahui...