02. jangan halu!

125 25 0
                                    

Thank you for comimg♡
Happy reading!!💛

"Kamu udah gila ya?! Maksud kamu apa kayak gitu?! Mau bikin saya mati?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu udah gila ya?! Maksud kamu apa kayak gitu?! Mau bikin saya mati?!"

Arunika benar-benar merasa sebal karena ulah Aksa yang hampir membuatnya kehilangan nyawa karena syok.

"Eh, maaf...Run. Gue cuma mau ngajak kenalan aja, sih"

Tatapan tajam dilemparkan Arunika sebagai respon atas ucapan Aksa. Hingga membuat pemuda itu sedikit merasa tidak enak karenanya.

"Nggak usah minta maaf, kalau nanti bakal diulangi lagi" ujar Arunika seraya memutar balik motornya, meninggalkan Aksa yang diselimuti perasaan tidak enak karena tatapan Arunika yang begitu tajam kearahnya.

"Kenalan ama lo aja susah banget sih, Run" Aksa berdecak sebal sembari mengusak rambutnya kasar.

Sekon kemudian, Aksa pun kembali masuk kedalam mobilnya. Kemudian melajukan mobil itu untuk menuju suatu tempat.

Dalam perjalanan, irisnya tanpa henti memperhatikan ke kiri dan ke kanan jalanan Jakarta. Mencari sesuatu di sana, hingga ada sebuah kedai yang menarik perhatiannya.

Kedai Narendra.

Setelah memarkirkan mobil itu di depan kedai, senyuman simpul terukir di parasnya.

"Dari dulu sampe sekarang, nih kedai nggak pernah berubah" gumamnya.

Aksa melangkahkan kaki jenjangnya memasuki kedai. Kedai bernuansa klasik dengan gaya 90's dan musik klasik Indonesia sebagai pelengkapnya.

"Den Aksa kapan ke Jakarta?" sapaan dari seorang wanita paruh baya lantas mengalihkan atensi Aksa.

"Udah satu bulanan Bi, maaf baru sempet mampir"

"Oalah, nggak papa Den"

"Bi, masih inget favoritnya Aksa, nggak?"

"Apa ya, Den? Bibi lupa"

"Gudeg khas Yogyakarta buatan Bi Narmi"

Gudeg memang makanan favorit Aksa saat di kedai ini. Terlebih, gudeg buatan Bi Narmi adalah yang ter-enak yang pernah ia makan.

"Baik den, nanti Bi Narmi buatin"

"Terimakasih ya, Bi... Aksa mau main gitar, boleh?"

Bi Narmi hanya mengangguk setuju sebagai respon.

Setelah mendapat persetujuan, Aksa berjalan ke arah tempat musik di kedai itu. Ada gitar, keyboard dan instrumen musik lainnya. Semua alat musik itu adalah milik Aksa, yang sengaja ia tempatkan di kedai Bi Narmi.

Tangan Aksa begitu lihai memainkan senar gitar. Meski tanpa adanya vokal, Aksa sendiri sudah larut pada alunan petikan gitarnya.

Saking asiknya memainkan gitar yang membawa ketenangan baginya. Aksa bahkan tidak menyadari kehadiran seorang gadis tengah membawa nampan berisi semangkok gudeg pesanannya.

[✔] CANDALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang