08. trial tiga hari

93 17 2
                                    

Selamat datang-!

Saat ini Arunika hanya duduk diam di salah satu bangku kedai sembari menatap jenuh ke arah Aksa yang sedari tadi mondar-mandir melayani pelanggan kedai, menggantikan posisinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini Arunika hanya duduk diam di salah satu bangku kedai sembari menatap jenuh ke arah Aksa yang sedari tadi mondar-mandir melayani pelanggan kedai, menggantikan posisinya.

Ya, itu semua karena Aksa yang tidak membiarkannya melakukan apapun selain duduk manis lantaran wajahnya yang masih pucat. Terlebih lagi, setelah Aksa menyadari sebuah aliran darah segar dari hidung Arunika.

"Aksa, biarin saya aja yang kerja"

"Nggak Run, kamu tuh masih sakit" ujar Aksa tanpa memperhatikan Arunika, karena sibuk melayani pembeli.

Arunika hanya mendengus sebal, pasalnya ia benar-benar merasa bosan jika hanya berdiam diri seperti ini.

"Lagian nih ya, kamu aja tadi mimisan. Aku nggak mau calon ibu dari anak-anakku sampe kenapa-napa" sambungnya yang membuat ekspresi Arunika berubah menjadi sedikit horor.

"Aksa! Halu kamu berlebihan banget, bikin gumoh" cibir Arunika dengan nada yang lumayan tinggi.

"Bukan halu kok, tapi fakta...hehe" respon Aksa dengan sedikit kekehan yang semakin membuat Arunika ingin sekali mencabik-cabik mulutnya itu.

Menyadari ekspresi galak dari Arunika telah kembali, Aksa yang tadinya sibuk mencatat beberapa pesanan pengunjung, kini beralih ke tempat Arunika duduk.

Aksa mengulas senyuman saat melihat ekspresi cemberut gadis dihadapannya ini. Baginya, Arunika sangat menggemaskan dalam ekspresi seperti ini.

"Udah deh, kamu duduk aja. Abis ini kita langsung bahas tugas presentasi, gimana?"

"Tapi, saya bosen kalo cuma duduk disini tanpa mengerjakan apapun" keluh Arunika yang sedari tadi merasa bosan.

"Siapa bilang kamu nggak ngelakuin apapun?"

Arunika hanya mengernyitkan dahi, kemudian menaik-turunkan alisnya karena tidak mengerti perkataan Aksa.

"Kan kamu nafas, itu artinya kamu udah ngelakuin hal yang sangat berguna lo buat hidupmu" kata Aksa.

Jujur saja, jika Arunika melupakan bahwa dia masih berada di kedai Bi Narmi. Sudah pasti, Arunika akan melemparkan sepatunya pada kepala Aksa.

"Terus satu lagi, 'kan kamu bisa liatin wajah ganteng nan rupawannya aku"

Arunika masih saja mencoba untuk tersenyum, meski dalam hatinya sudah terdapat ratusan bahkan ribuan umpatan untuk Aksa.

"Cukup belum, Run... soal yang aku jelasin tadi? Atau, kamu mau aku terus bicara sama kamu?" ujar Aksa seraya meraih pundak Arunika, berniat untuk merangkul gadis itu.

"Saya kira kamu setengah gila, ternyata kamu gila sepenuhnya" celetuk Arunika seraya menepis tangan Aksa.

"Gila karena cintamu"

[✔] CANDALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang