09. kak, apa dunia pilih-pilih kawan?

101 19 3
                                    


Selamat datang-!

Sekarang di sinilah Arunika dan dokter Juna berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sekarang di sinilah Arunika dan dokter Juna berada. Di salah satu ruangan rumah sakit Adiwidyatama. Di ruangan ini, Arunika dipertemukan oleh beberapa sosok anak dengan yang menyita banyak perhatiannya.

Bagaimana tidak? Di ruangan ini, Arunika melihat beberapa anak dengan kursi roda yang terlihat begitu memprihatinkan.

Wajah pucat, kepala yang ditutupi kupluk, namun anehnya mereka masih bisa tersenyum. Seolah tak ada yang terjadi pada mereka.

"D-dokter kenapa bawa saya ke sini?"

"Coba deh kamu lihat mereka semua" Juna, dokter tampan itu bersuara seraya menunjuk ke arah anak-anak itu.

Dan Arunika menurutinya begitu saja.

"Mereka adalah anak-anak penderita kanker sama seperti kamu bahkan lebih parah, beberapa dari mereka ada yang sudah tervonis pada stadium akhir"

Kini dokter tampan itu mulai menjelaskan pada Arunika.

"Hanya saja yang membedakan mereka dengan kamu adalah semangat hidup mereka yang lebih tinggi, mereka masih ingin merajut mimpi-mimpi mereka"

Juna, dokter tampan tersebut kemudian menoleh pada Arunika sesaat. Lalu, kembali menatap anak-anak penderita kanker tersebut yang tengah asyik bermain.

"Sedangkan kamu? Kamu baru saja divonis menderita Sindrom Mielodisplasia enam bulan lalu sudah tidak punya semangat hidup, kamu seolah membiarkan penyakit itu mematikan kamu secara perlahan"

Arunika hanya terdiam, menyimak perkataan dokter Juna. Ia berusaha mencerna apa saja yang ingin dokter tampan itu sampaikan padanya.

Tanpa ia sadari, buliran liquid bening mulai berjatuhan membasahi pipinya.

Hingga seorang anak kecil berkursi roda menarik-narik ujung bajunya, membuat Arunika menghentikan keterdiamannya.

Dilihatnya anak kecil berkursi roda itu, wajahnya pucat pasi. Menatap ke arah mata Arunika secara lekat.

"Kakak menangis?"

Arunika lantas berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan kursi roda anak itu.

"Enggak kok, kakak nggak nangis" elaknya seraya mengusap air matanya. "Kakak tadi cuma kelilipan" sambungnya.

Sementara dokter Juna yang mendengar pertanyaan anak kecil itu, lantas menoleh ke arah Arunika untuk memastikannya. Namun, ia tidak bisa melihatnya.

"Arunika? Apa benar kamu menangis?"

Arunika menggelengkan kepalanya seketika. "Dokter?"

Dokter Juna tersenyum untuk merespon Arunika. "Ada apa?"

"Bisa tinggal saya disini bersama mereka? Saya ingin bermain bersama mereka semua"

"Tentu saja boleh, saya tinggal ya?"

[✔] CANDALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang