11. karna gue sayang

115 20 3
                                    

Selamat datang-!

"Ekhem, Kamu perhatian banget sih" ujar Aksa seraya mencubit gemas pipi Arunika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ekhem, Kamu perhatian banget sih" ujar Aksa seraya mencubit gemas pipi Arunika.

Jujur saja. Dimatanya, Arunika memang selalu terlihat menggemaskan dengan ekspresi apapun.

"Nggak juga sih, 'kan manusia umumnya memulai aktivitas dengan sarapan biar nggak terlalu tegang" elak Arunika dengan nada yang terkesan dingin, namun bagi Aksa justru memberi kesan sebuah perhatian yang tersembunyi.

"Gue sih nyebutnya bukan sarapan Run, gue lebih suka nyebutnya dinner at morning" ujar Aksa yang memiliki pengertian sendiri terkait sarapan.

"Soalnya gue seringnya makan makanan sisa semalem, kalo orang Jawa sih menyebutnya blendrang. Cuma biar lebih terkesan elegan gitu, gue lebih suka nyebutnya dinner at morning" sambungnya dengan sedikit panjang lebar.

"Kamu orang Jawa?"

"Iya, Mama gue yang punya darah orang Jawa—Sunda, sedangkan Papa gue berdarah London. Jadi gitu deh, gue ini keturunan antara darah Jawa—Sunda—London" ujar Aksa untuk menjelaskan silsilah keluarganya pada Arunika.

"Tapi lo tenang aja, gue belum terverifikasi keturunan darah suci yang kayak di tipi-tipi gitu" tambahnya.

"Darah kamu 'kan udah terkontaminasi oleh sel kegilaan dan mental halu yang berlebihan. Jadinya udah nggak bakalan suci, nodanya aja udah banyak"

"You broke me"

"Alay"

"Tapi ya Aksa, sorry to say emang kamu beneran punya darah London, Inggris?"

Aksa mengangguk dengan pasti untuk menjawabnya.

"Tapi, saya lihat-lihat kamu ini nggak ada tanda-tanda yang mencerminkan kalau kamu ini punya darah London dari segi manapun. Apalagi dari segi muka kamu"

"Serah deh, kalo lo nggak percaya. Mending langsung aja ngerjain tugas biar cepet kelar" ujar Aksa dengan nada yang tidak bersahabat.

Aksa masuk ke dalam rumah lebih dulu, meninggalkan Arunika. Menyisakan Arunika yang sedikit merasa heran dengan sikap Aksa yang berubah, dan merasa tidak enak –mungkin?.

Hingga beberapa menit kemudian Arunika memilih memasuki rumah Aksa, menyusul pemuda itu untuk segera mengerjakan tugas dari dosen mereka agar cepat selesai.

Arunika dibuat berdecak kagum saat melihat interior dalam rumah Aksa. Bagi Arunika, rumah Aksa bak istana di negeri dongeng.

 Bagi Arunika, rumah Aksa bak istana di negeri dongeng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔] CANDALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang