04. ikhlas

105 21 2
                                    


Selamat datang-!


BUGH!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BUGH!!!



Satu pukulan mendarat sempurna pada wajah Aksa. Beruntung, Aksa tak sampai kehilangan keseimbangannya. Ia mengusap wajahnya kasar, lalu berdecih dihadapan Rendy.

"Gitu mainnya, ck!" Aksa berdecak sebal di hadapan Rendy yang menatapnya nyalang.

"Okey, gue ladenin!" sambungnya yang lantas mendaratkan satu pukulan cukup keras dipipi Rendy. Membuat si empu sedikit terhuyung karenanya.

Merasa jika Rendy masih belum menyerah. Aksa lantas meregangkan otot-ototnya, seakan sedang melakukan pemanasan.

Dan jangan lupakan jika mereka masih berada di dalam bar milik Devano. Kekacauan semakin menjadi karena perkelahian antara Aksa dan Rendy dengan dalih untuk mempertahankan harga diri sebagai laki-laki.

Kedua pemuda itu terus saja beradu kekuatan, begitupun dengan Fadil dan Rio yang terus memisahkan keduanya.

Namun, nihil.

Rendy yang dirinya dipenuhi rasa emosi karena ucapan Aksa beberapa menit lalu seakan tidak menggubris jika dirinya menjadi bahan tontonan bagi pengunjung bar.

Begitupun Aksa, Aksa yang pada dasarnya memang sedikit petakilan dan suka berbicara sesuka hatinya pun terus menanggapi perlawanan yang diberikan Rendy.

Perkelahian itu terus terjadi. Hingga selang beberapa menit, Devano selaku pemilik bar datang menghampiri sumber keributan dalam bar-nya.

Devano menggebrak meja dengan cara sedikit brutal hingga menimbulkan suara yang memekakkan telinga.

"Eh! Lo berdua kalau mau gelut, silahkan. Gue nggak larang kok, tapi jangan di tempat gue juga dong! Ini bar gue, bukan ring tinju" ujar Devano sembari melerai keduanya.

Helaan napas berat pun keluar dari bibir Devano.

"Sorry aja nih, bro...mending lo berdua pergi dari tempat gue" tambah Devano seraya menepuk pundak kedua temannya ini.

Mendengar ucapan Devano yang demikian, membuat emosi dimata Rendy sedikit mereda. Meski dalam hatinya, ingin sekali memberikan Aksa pelajaran karena mengatakan hal yang tidak mengenakkan hatinya.

"Urusan kita belum selesai!" tukas Rendy seraya mengarahkan jari telunjuknya pada Aksa sebelum meninggalkan tempat itu.

Aksa hanya tersenyum remeh seraya mengendikkan bahunya sebagai respon.

[✔] CANDALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang