14. sedikit permintaan

110 19 0
                                    


Selamat datang, selamat membaca kegajean ini-!

Aku tidak ingin apapun, aku hanya ingin dianggap ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak ingin apapun, aku hanya ingin dianggap ada. Sudah, itu saja. —Arunika

▪︎


Setiba di rumah. Seorang pria paruh baya yang tadi menarik dengan setengah menyeret Arunika untuk mengikutinya saat berada di mall beberapa menit lalu, lantas mendorong Arunikah hingga gadis itu tersungkur ke lantai.

Pria itu tak lain adalah Tuan Sanjaya, ayah Arunika.

Sementara Nyonya Sanjaya —ibu Arunika, membulatkan matanya terkejut kala melihat suaminya yang terlihat begitu marah.

Mata Tuan Sanjaya terlihat nyalang, sorot matanya menunjukkan sebuah kemarahan. Entah apa yang membuatnya semarah itu pada Arunika. Ya, meskipun gadis itu sudah terbiasa dengan sikap arogan dari sang ayah. Tetap saja, Arunika merasa terkejut kala sang ayah menyeretnya secara paksa menjauh dari Aksa saat berada di mall beberapa menit lalu tanpa alasan yang jelas.

"Dasar anak sialan! Jadi, gitu kerjaan kamu selama ini, keluyuran nggak jelas. Udah kayak perempuan nggak bener aja kamu?!"

Tuan Sanjaya, pria itu berkata dengan nada suara yang sangat tinggi.

Bahkan bisa dibayangkan, jika suara itu mampu memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya.

Arunika hanya diam, ia mencoba mereda semua yang ia rasakan dalam hatinya. Ingin rasanya ia berteriak pada sang ayah. Namun, bolehkah?.

"Saya udah pernah bilang 'kan? Kalau kamu harus nurut semua peraturan saya, selama kamu tinggal di area rumah ini. Salah satunya, nggak boleh pacaran. Apalagi sama anak yang modelan kayak gitu, bisa nggak sih jadi anak penurut sekali saja?!" tegas tuan Sanjaya.

"Pantes, kalau malem... bunda liat kamu baru masuk kamar belakang jam sepuluh malem. Jadi, itu kerjaan kamu? Keluyuran nggak jelas, taunya pacaran sama anak yang nggak bener" kali ini nyonya Sanjaya ikut berkomentar dengan tatapan mata yang menukik tajam.

Helaan nafas berat keluar dari mulut Arunika. Gadis itu memejamkan matanya sejenak, berusaha mengatur nafasnya.

"Apa peduli kalian tentang hidup aku? Selama ini kalian aja nggak tahu apa-apa tentang hidup aku yang kayak gimana. Kalian peduli nggak? haha... pastinya nggak. Aku tuh sering banget mikir, sebenarnya aku anak kalian atau bukan?"

Baik Tuan Sanjaya maupun Nyonya Sanjaya hanya bisa diam kala mendengar kalimat pertama dari mulut Arunika.

"Kalau aku anak kalian, kenapa kalian nggak pernah memperlakukan aku layaknya putri kalian? Kalau bukan, tapi kenapa saat kalian memarahiku kalian selalu memakai embel-embel anak ke dalam ucapan kalian?"

Tuan dan Nyonya Sanjaya masih saja diam. Mereka sama sekali berniat mengatakan satu katapun.

"Ayah, Bunda, apa kalian pernah mikir sekali aja... gimana kondisi aku selama ini? Apa yang aku lakuin selama ini?"

[✔] CANDALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang