32 - Dirimu Satu (END)

1.5K 79 11
                                    

Kamu adalah matematika yang paling rumit. Aku bisa menambahkan, mengurangi, mengalikan, bahkan membagimu, tapi kamu tetap satu.
-Fiersa Besari

***

Damar sedari tadi diam menyimak setiap kalimat yang terlontar dari bibir kekasihnya. Otaknya seakan diajak untuk merenungi setiap kata yang diucapkan oleh Melody.

Jika rasa yang dimaksud Melody seperti tanaman, sudah benarkah selama ini dirinya merawat tanaman tersebut?

Sudah pas kah pupuk yang ia gunakan? Atau jumlah air yang ia siramkan?

Terlalu asyik merenung, sampai mengabaikan Melody dan baby Zo yang berdiri dihadapannya.

"Dam," usapan Melody pada lengan Damar mampu membuyarkan lamunannya.

"Hm?"

"Aku pulang dulu. Kasian baby Zo, ini udah siang," pamit Melody pada Damar yang masih minim bicara.

"Hon,"

"Ya?"

"Aku masih boleh memanggilmu seperti itu kan?" tanya Damar ragu-ragu.

"Boleh kok," Melody mengangguk disertai senyum simpul yang terlihat manis di mata Damar. Senyuman Melody menular pada Damar.

"Hon,"

"Hm?"

"Boleh aku main ke tempat tinggalmu disini?" kembali lagi Damar bertanya dengan nada ragu-ragu. Jika sebelumnnya ia optimis, kali ini ia merasa pesimis Melody akan mengizinkannya.

Melody terdiam cukup lama. Sedangkan Damar menunggu dengan resah.

"Aku tunggu," Melody membalasnya dengan senyuman lagi. Terlihat binar bahagia pada kedua mata Damar.

"Kalau begitu, aku pamitnya. Hubungi saja nomorku," Melody kembali berpamitan pada Damar. Ia pun balik badan dan kakinya siap melangkah.

Belum mencapai satu langkah, salah satu tangan Melody merasa ditarik dari belakang dan badannya terhuyung dalam dekapan seseorang.

Grep.

"Sorry and I love you," ucap Damar lirih yang masih bisa Melody dengar, namun ia diam saja. Tanpa membalas pelukan ataupun ucapan lelakinya.

Cup.

"Tunggu aku," Damar berucap terakhir kali setelah memberikan kecupan dalam di kening Melody.

Tak lama, keduanya berpisah. Melody bersama baby Zo yang sudah tertidur dalam gendongannya menuju rumah yang selama ini ia tinggali, sedangkan Damar kembali ke hotel tempat ia menginap selama di Kota Gudeg ini.

Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa, matahari telah berganti dengan sinar bulan dan bintang. Seharian ini, Damar bekerja secara kebut-kebutan karena ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan pujaan hatinya. Segala urusan yang membuatnya datang kemari, ia selesaikan dalam dalam satu waktu. Meski badannya terasa lelah, namun Damar begitu semangat dan seolah mengesampingkan rasa lelahnya demi bertemu dengan Melody.

Ody

last seen at 14.00

Hon, habis ini aku jalan ke rumah kamu ya

18.00✔✔

Lama menunggu balasan dari Melody, Damar memilih membersihkan badannya dan berdandan karena ya, you know lah, mau ngapel 😁

Petrus Jakandor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang