7 - Cemburu

1.7K 119 3
                                    

(adj.) katanya tanda cinta.
Tapi kadang absurditas alasannya bikin muak.
Terlebih lagi, jika ternyata tidak punya hak.
-(at)commaditya

***

Setelah aksi Damar makan siang 'paksa' dengan Melody, meski dengan sedikit 'rayuan' yang membuat Melody kalah telak. Dirinya berpikir dengan menuruti permintaan Damar, akan membuat lelaki tersebut segera pergi dari ruangannya.

"Lo- ehm, kamu nggak balik kantor?" tanya Melody yang hampir saja membuat kesalahan. Tangannya mulai membereskan bekas makanan mereka dan berjalan menuju tempat sampah. Damar masih tetap duduk di sofa, dengan tangan yang memegang botol air mineral dan siap meminumnya.

"Nggak. Aku stay," sahut Damar setelah meletakkan kembali botol minumnya diatas meja. Melody yang mendengar ucapan Damar pun mengernyit.

"Stay nungguin kamu dan pulang bareng," jelasnya yang mengerti maksud dari raut wajah Melody.

"Gu- aku bisa pulang sendiri. Palingan nanti lembur juga," ucap Melody yang mencoba menghilangkan kebiasaan lo-gue.

"Aku tunggu," tegas Damar. Final. Tanpa bantahan. Melody menghela nafas mendengar jawaban Damar. Pupus sudah harapan Melody.

Kembali memasuki jam kerja setelah lunch break, Melody duduk di singgasananya dan Damar tetap di sofa. Mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sampai suara ketukan pintu mengalihkan atensi keduanya.

Ceklek.

"Mel," ucap seseorang yang membuka pintu ruang kerja Melody.

"Ada apa, Yo?" Melody mendongak setelah memastikan suara familiar milik Rio, teman sedivisinya. Munculnya mahluk berkromosom XY tersebut membuat radar siaga Damar berdiri. Matanya menatap tajam sosok tersebut, sayangnya Rio tidak menyadarinya.

"Pulang kerja temenin gue yuk. Lo lembur nggak?" ucap Rio yang kini sudah berdiri di depan Melody.

"Mau kemana, Yo?" tanya Melody setelah menghentikan aktivitasnya.

"Ke mall aja sih, cari kado buat ulang tahun  nyokap," Rio menjelaskan tujuannya.

"Gimana?" tanya Rio lanjut.

"Harus banget hari ini, ya?" tanya Melody was-was mengingat jika Damar mengajaknya pulang bersama.

"Enggak sih, besok juga bisa. Kenapa? Lo lembur hari ini? Gue temenin deh," Rio yang tadinya berdiri, akhirnya duduk berhadapan dengan Melody. Masih gue pantau, batin Damar dengan sorot mata tajam pada keduanya.

"

Sorry, kalo hari ini gue nggak bisa. Kalo besok, ay-"

Ekhem.

Suara deheman memotong ucapan Melody. Melody baru tersadar jika ada orang selain dirinya dan Rio.

Mampus lo Mel, batin Melody setelah mendapati Damar dengan sorot mata tajamnya.

Rio juga tersadar jika ada orang lain, selain dirinya dan Melody. Seketika ia memutar badannya untuk melihat siapa yang berdeham.

"Eh? Ma-af pak," Rio terkejut dan langsung bersikap sopan pada Damar. Ia menganggap jika Damar adalah orang penting karena dilihat dari setelan kerjanya yang branded.

Petrus Jakandor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang