5 - :*

2K 147 2
                                    

(emot.) melambangkan ciuman.
Selayaknya tidak ditujukan kepada seseorang yang 'hanya teman'.
-(at)commaditya

***

Selama perjalanan pulang dari taman, baik Melody dan mas-mas driver saling diam. Mungkin mereka berdua merasa lelah karena terlalu banyak ngobrol sebelumnya. Sampai sebuah kejadian saat lampu merah, membuat Melody curiga akan sikap mas-mas driver.

Sudah sepatutnya jika lampu lalu lintas berwarna merah, semua kendaraan akan berhenti. Termasuk ojol yang sedang ditumpangi Melody. Mumpung lalu lintas sedang berhenti, Melody melakukan sedikit peregangan karena jarak dari taman menuju apartemennya lumayan jauh, ditambah ia menggunakan motor sport dengan boncengan yang sedikit menungging.

Melody membuka kaca helmnya dan mulai melakukan peregangan. Beruntung dirinya menggunakan masker sehingga orang lain tidak akan mengenalinya. Melody bukanlah orang jaim, ia tipikal perempuan ceplas-ceplos dan apa adanya. Ia mulai menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri serta dilanjut dengan meregangkan kedu tangannya ke atas. Otomatis membuat setelan kerjanya sedikit terangkat dan menampilkan kulit pinggangnya.

Sedangkan yang ia tidak tahu jika seorang pengendara motor yang tidak jauh dari ojolnya, menatapnya seolah-olah makanan lezat. Karena memang tubuh Melody body goals dan hal itu membuat iri perempuan lain yang melihatnya. Melody yang sibuk meregangkan badannya, sedang pegendara motor dibelakangnya sibuk meneliti tubuhnya dengan senyum smirk.

Semua itu tidak luput dari mas-mas driver yang melihatnya dari pantulan spion motornya. Meskipun tertutup kaca helm, tapi raut wajah 'pengendara mesum' tersebut tetap terlihat oleh driver Melody. Dirinya menggeram, rahangnya mengetat dan tatapannya tajam. Beruntung Melody sedang tidak menggunakan rok, yang justru membuat orang-orang semacam pengendara tersebut melakukan aksinya.

Pluk!

"Eeh," Melody kaget karena tangan kanan mas-mas driver menyentuh tempurung lututnya dan sedikit memberikan remasan.

"Mas," Melody memanggil orang di depannya tersebut agar tersadar akan kelakuannya. Namun, bukannya terlepas malah tangan tersebut memberi elusan menenangkan.

"Mas!" sekali lagi Melody memanggil disusul tepukan di bahu kanannya.

"Eh? Kenapa mbak?" sahut mas-mas driver.

"Tangan," ketus Melody.

"Kenapa sama tangan saya mbak? Masih dua kok," ucap mas-mas driver polos.

"Coba lihat tangan kanan mas, dimana sekarang," Melody kesal karena menganggap perlakuan mas-mas driver kali ini sedikit kurang ajar, meski dalam hati ia tidak menolak jika usapan tersebut membuatnya tenang.

"Eh?" mas-mas driver pura-pura terkejut saat mengangkatnya dari lutut Melody.

"Hehe, maaf ya mbak," cengir mas-mas driver meski mulutnya tertutup masker.

"Mbak, bisa bantuin saya?" tanya mas-mas driver tersebut.

Apalagi sih mau nih cowok, kesal Melody dalam hati.

"Bantu apa?" Melody menjawabnya malas.

"Peluk saya kayak orang pacaran lagi boncengan," ucap mas-mas driver santai. Melody menyipitkan matanya mendengar permintaan mas-mas driver.

"Jangan pikir saya mau modus. Justru saya mau selamatin mbak," ucap mas-mas driver panjang lebar dan langsung menarik kedua tangan Melody agar melingkari perutnya. Tangan kanannya sengaja kembali memegang betis Melody. Mas-mas driver kembali melihat pengendara dibelakang motornya melalui spion. Dirinya tersenyum puas dibalik maskernya karena berhasil menunjukkan 'kepemilikannya'.

Petrus Jakandor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang