10 - Percaya

1.3K 105 2
                                    

(n.) hal yang sering diberikan kepada orang tersayang, namun sayang, lebih disalahgunakan.
-(at)commaditya

***

Tiga hari berlalu semenjak insiden pergulatan dua bibir di depan pintu unit Melody. Kali ini, Melody benar-benar memberikan kesempatan bagi Damar untuk memperjuangkan dirinya dan cintanya setelah melihat tekad bulatnya selama ini. Dari tatapan matanya pun, Melody lihat tidak ada keraguan sedikit pun.

Masih ingat kan, kalau mata tidak bisa bohong?

Dan semenjak insiden itu pula, komunikasi keduanya berjalan dua arah. Tidak seperti sebelumnya, Damar yang aktif dan Melody yang pasif. Melody juga tidak melarang Damar memanggil dirinya dengan panggilan kesayangan seperti dulu dan membiarkannya bertingkah selayaknya seorang kekasih. Justru Melody sangat menikmatinya, asal tetap tidak melewati batas.

Setiap hari jika Damar tidak sedang sibuk atau hectic, dirinya meluangkan waktu untuk mengantar dan menjemput Melody. Melody tidak meminta, Damarlah yang memaksa. Ya, Melody pun menyetujui.

Saat mengantar atau menjemput Melody, Damar sudah pasti menjadi pusat perhatian. Banyak kasak-kusuk yang ia dengar tentang Melody, baik itu pro ataupun kontra. Padahal, jika di depan orang banyak, Damar memasang tampang datar dan dingin tak tersentuh. Lain halnya jika ia sedang bersama Melody atau circle-nya, dirinya akan ramah dan humoris.

Melody juga tak menampik bermacam pesan yang Damar kirim padanya, termasuk pesan-pesan yang berisi gombalan receh atau basa-basi. Melody juga tidak setiap saat membalasnya, tapi selalu membacanya.

Disisi lain, Damar pun juga paham jika terkadang pesannya tak berbalas. Selain karena tuntutan pekerjaan, ia yakin jika Melody tengah menata kembali kepercayaannya pada Damar.

Siang ini, Melody mengajak Wulan untuk lunch di luar. Rio tidak bisa bergabung karena sedang meeting, sedangkan Reta izin tidak masuk kantor. Alhasil, mereka hanya berdua saja siang ini. Mengingat jika pekerjaan mereka yang longgar, Melody memutuskan untuk makan siang di mall yang terdekat dengan kantor mereka.

Tak membutuhkan waktu lama, Melody dan Wulan sampai di mall terdekat. Mereka menggunakan taksi online daripada membawa mobil milik Wulan. Sedari awal, Wulan menawarkan untuk menggunakan mobilnya, tapi Melody menolak. Ia malas wasting time di parkiran jika membawa mobil pribadi. Dan Melody meyakinkan jika dirinya yang akan menanggung biaya transport mereka.

Baik Melody dan Wulan memilih resto nusantara yang ada di foodcourt mall tersebut. Jika Melody menginginkan masakan pedas, lain halnya dengan Wulan yang bosan dengan junk food.

Hari ini terasa berbeda bagi Melody. Seperti ada yang kurang, tapi apa?

Ya, dia ingat.

Seharian ini tidak ada pesan dari Damar. Tidak ada Damar yang menyapanya di pagi hari, mengingatkannya untuk sarapan, berangkat kerja ataupun makan siang. Terakhir kali, ia bertukar pesan dengan Damar kemarin sore. Malam pun tidak ada ucapan selamat malam. Tidak ada gombalan receh yang berujung garing.

Melody tetap positive thinking, mengingat Damar adalah seorang pemimpin perusahaan, pastinya memiliki kesibukan yang berbeda dengan dirinya. Hampir seharian ini dirinya menengok benda persegi panjang yang selalu ia bawa kemana-mana.

Huft.

Kecewa? Sedikit. Merasa kehilangan? Abu-abu. Itulah yang Melody rasakan saat ini. Dan demi menikmati makan siangnya, ia dengan sengaja mengubah ponselnya ke mode diam.

"Lan, gue ke toilet bentar," pamitnya pada Wulan setelah mereka mendapatkan meja dan menunggu pesanan.

"Oke," Wulan menganggukan kepala. Melody pun melangkahkan kakinya dan meninggalkan Wulan.

Petrus Jakandor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang