Halo apa kabar?
Cie cie cerita baru cie. Gue hantam kalau yg ini sampai digantung juga😊 Maaf ya kawan-kawan. Karena dua cerita Reswak sm BYTYM udah terlalu lama gak we tengok jadi berantakan alurnya kalau dipaksa lanjut. Tunggu punya waktu dan mood buat baca ulang sekaligus revisi alur maybe.
Jadi mari nikmati saja cerita tentang Papa Iky ini. Semoga suka🤗
Happy reading❤️
⚪ D i c k n o ⚪
Dicky menaburkan bunga di atas makam kakeknya. Sudah lebih dari dua tahun dia tak menginjakkan kaki di sini. Terkurung di negara orang dengan ancaman yang sangat mengerikan. Dicky menghela napas, mengusap lembut batu nisan itu.
“Dicky datang, Kek. Sebelumnya Dicky minta maaf karena baru bisa datang lagi hari ini. Kondisi Mama ... ya ... Kakek pasti tahu dari sana.”
Senyuman tipis menghiasi parasnya. Masih belum ada yang baik-baik saja dalam hidupnya. Mama, Papa, kantor, pacar? Sudahlah, lupakan saja karena belum ada happy ending yang Dicky rasakan. Sekali lagi, hidupnya masih panjang, jangan berharap happy ending di tengah-tengah kehidupan.
“Ya udah. Dicky pulang dulu, nanti Dicky sering-sering mampir buat lihat Kakek.”
Dicky berdiri, memulai langkahnya untuk pergi. Dia menghampiri motornya, diam sejenak lalu memeriksa ponselnya.
Dari layar benda pipih itu ada beberapa pesan masuk. Dicky harus pulang dan segera meluncur ke kantor.
Jabatan baru dengan beban hidup baru yang semakin menumpuk. Melelahkan, semoga bisa menyembuhkan.
Ponsel Dicky mendadak berdering. Dia yang baru saja menyimpan kembali ponselnya di saku celana mendengkus sabar. Ternyata pelakunya adalah Rachel.
“Halo?”
“Hei. Kamu di mana?”
“Di hati kamu. Lupa?”
“Aku serius, Dicky ....”
Dicky terkekeh geli. Dia mengeluarkan kunci motornya, menancapkannya di lubang kunci. “Habis ke kuburan kakek.”
“Ooh. Oke.”
“How’s your day?”
“Miss you. Sepi gak ada kamu. Mau ke sana, tapi aku sibuk kerja.”
“Gak papa. Kita bisa video call, right? It’s fine, Babe.”
“Kamu ngomong campur-campur. Haha. Oke. That’s good. Call me later. Bye.”
Panggilan terputus. Dicky tersenyum kecil sambil geleng-geleng. Dia menyimpan kembali ponselnya dengan benar lantas bersiap pergi. Membawa motornya melesat menuju apartemen.
Rumah lamanya yang menjadi tonggak sejarah sudah dijual oleh sang mama.
Sepi.
Tidak ada siapa pun yang menemaninya di unit apartemen yang sangat besar ini.
Awalnya Dicky hanya ingin menyewa unit sederhana, karena jelas dia tak akan punya banyak waktu di rumah. Tapi, papa angkatnya malah membelikannya unit sebesar dan semewah ini.
Katanya seorang CEO harus terlihat hidup seperti CEO. Bukan pemuda terlantar yang tak terlihat punya semangat hidup.
Dicky tahu tujuannya baik. Namun, setiap mengingat alasannya, membuatnya sedikit kesal. Di saat seperti ini dia malah tidak sadar kalau dia pernah menelantarkan Dicky. Setelah Dicky setuju untuk menjabat, dia dijadikan tumbal begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dicky Zekno
Fanfiction| Ricky UN1TY | "Hiduplah untuk seseorang yang saya cintai sebagai syarat." -- "Seharusnya gak pernah ada kita ... kalau ujung-ujungnya cuman banding-bandingin luka." -- "Bukan kewajiban semua orang untuk maklum sama lo cuma karena luka di hati lo!"...