BAB 27

28 10 1
                                    

Halo pakabs?

Stay safe and healthy kawan🤗

Happy reading ❤️

⚪ D i c k n o ⚪

Buk buk buk

“Papa Jas? Sya lapar!”

Jaska menoleh, mencerna kembali apa yang barusan dia dengar. Dirinya yang linglung sampai lupa jika Gisya dia suruh menunggu di kamar. Mungkin sudah dua jam.

Bodoh.

Jaska segera membuka pintu. Dia menggendong Gisya, menurunkannya di meja makan setelah membantu Gisya mencuci tangan. Dia membuka kulkas, mengambil makanan yang ibunya bawakan.

Beberapa saat melihatnya, Jaska dilanda keraguan. Dia mengurungkan niat. Kembali menghampiri Gisya.

“Sya mau makan telur ceplok atau telur dadar?”

“Sya mau telur dadar! Sama kecap.”

Jaska tersenyum. Dia mengusap puncak kepala Gisya lantas langsung membuatkannya telur dadar. Gisya bersenandung lagu-lagu yang diajarkan gurunya di sekolah, memperhatikan Jaska dengan seksama. Papanya tampan.

Tak butuh waktu lama. Jaska segera menghidangkan telur dadar di piring Gisya. Tak lupa dia memberikan kecap manis sebagai pelengkap. Lalu memperhatikan Gisya yang makan dengan lahap.

Lucu begini, aib dari mana?

Atensi Jaska teralihkan oleh dering ponselnya. Dia menatap nama yang tertera di sana. Membacanya saja sudah membuat Jaska tersenyum, lantas dia segera mengangkatnya, mengaktifkan pengeras suara agar Gisya bisa mendengar suara mamanya.

“Jas? Lagi di rumah?”

“Mama! Makan telur dadar buatan Om Jas.”

“Aaaa, Gisya ... Mama kangen. Pulang, yuk.”

Jaska tersenyum geli. “Gue juga kangen. Gak diajak pulang?”

“Haha. Pulang ke rahmatullah maksud lo?”

Jaska terkekeh geli. “Bercanda, Sha.”

“Gisya habiskan ya makannya. Mama mau bicara sama Om Jas.”

“Oke!”

“Anak pintar. Ayok, Jas.”

Jaska sempat tak mengerti untuk beberapa saat. Kemudian dia mengambil benda pipih itu, membawanya ke dalam kamar. Membiarkan Gisya makan sendiri di meja makan.

“Udah, Jas?”

“Udah. Kenapa?”

“Lo gila ya!”

Dahi Jaska mengernyit dalam. “Apaan, sih?”

“Lo dan keluarga lo gila!”

Jaska menghela napas sabar. “Gila kenapa, Zarsha ....”

“Gak usah pura-pura bego deh itu anak buah bokap lo seambrek di apartemen lo. Kalau gue masuk, gue bakal dikeroyok.”

Jaska semakin tidak mengerti. “Anak buah bokap gue?”

Zarsha menggeram dari seberang. Kalau Jaska ada di depannya sudah dia jambak orang itu. “Ini gimana caranya Gisya pulang coba! Ini gue lagi sembunyi di seberang.”

“Lo ... gak bercanda, ‘kan, Sha?”

Gaklah, gila! Ngapain gue bercanda sama lo? Hubungan kita aja udah lebih parah dari bercanda. Gila.”

Dicky ZeknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang