Halo apa kabar? Rencananya update tadi malam tapi karena jaringan semuanya jadi ke skip. Masyun yg semalam baru bisa nonton tadi, dan baru bisa update huft.
Happy reading 🤗
Btw dance practice FriendZone suka bangetttt
⚪ D i c k n o ⚪
Hidup dan mati Zarsha bergantung pada seberapa cepat dia menyelesaikan tumpukan berkas ini. Otak kecilnya yang ada di dalam sana mungkin saja sudah benar-benar mendidih. Peluh keringat jatuh sampai ke leher, padahal ruangan ini masih dingin karena AC. Bisa saja ini keringat dingin sebab dia tak sanggup memikirkan kemungkinan terburuk yang terjadi pada Gisya.
Di ujung ruangan, Qiuna melirik jam kemudian kembali melirik Zarsha yang masih berkutat dengan komputer dan beberapa map. Dia tahu Zarsha bukan tipe orang yang jenius dalam pekerjaan, kemampuannya hanya cukup untuk bidang yang dibebankan padanya.
“Sha, masih banyak? Gue bisa bantu.”
“Huhu! Una! Gue hampir gila bayangin kepala Gisya dipenggal sama Pak Dicky!”
Qiuna meringis, menganggap Zarsha berlebihan dalam berekspektasi tentang Dicky. Dari seseorang yang tahunya hanya gombal, tidak mungkin bisa membunuh anak kecil yang menggemaskan. Imejnya akan hancur total kalau benar dia melakukannya.
Walaupun Qiuna sendiri tahu kita tidak bisa menebak kelakuan orang lain.
“Paling Gisya dia jadikan sasaran gombal.”
“IH ITU SIH MAKIN PARAH LAGI, UNA!”
Kuping Qiuna berdenyut, melayangkan pelototan horor pada Zarsha. Mengatur emosi memang hal yang sulit, tapi mohon lakukanlah yang terbaik.
“Kok, lo belum pulang?” tanya Zarsha ketika dunianya beristirahat sejenak dari sosok Dicky.
Qiuna berdehem, berusaha menirukan seseorang sebagai jawabannya. “Una, tolong temani Zarsha.”
Sebelah alis Zarsha terangkat. Dia tengah berusaha membayangkan siapa yang akan berkata demikian. Sesaat, terlintas nama Dicky di kepalanya. Sekujur tubuhnya mendadak merinding. Jadi sebenarnya Dicky baik atau jahat?
“Supaya dia gak kabur pas lembur,” imbuh Qiuna sambil tersenyum manis.
Hancur ekspektasi Zarsha tentang sisi malaikat dari seorang Dicky. Dia menggerutu, merengek lelah. Seharusnya hari ini dia membawa Gisya mampir makan ayam goreng kesukaan gadis itu. Dia tidak bisa membayangkan Gisya akan mati dalam keadaan menginginkan ayam goreng.
Naas sekali nasib anaknya.
“Udah, ah. Mana kerjaan lo. Semakin cepat selesai, semakin cepat lo jemput Gisya.”
“Besok-besok gak lagi, deh, gue nitip Gisya ke Selnan walaupun dia merengek!”
Qiuna mengangguk-angguk setuju. Dua tangan yang menjadi dua kali lipatnya itu mulai membuka lembar demi lembar berkas. Meneliti satu persatu strategi pasar untuk membuat strategi baru ke depannya. Satu persatu map mereka selesaikan sampai embusan napas lega keduanya memecah keheningan.
“Sudah jam sepuluh aja.” Jarum jam tangan Qiuna yang menunjukkannya. Dia menghela napas, merapikan berkas-berkas itu. Manik matanya menatap Zarsha yang tak berdaya. Ini pertama kalinya dia terpaksa mengambil lembur tanpa inisiatif sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dicky Zekno
Fanfiction| Ricky UN1TY | "Hiduplah untuk seseorang yang saya cintai sebagai syarat." -- "Seharusnya gak pernah ada kita ... kalau ujung-ujungnya cuman banding-bandingin luka." -- "Bukan kewajiban semua orang untuk maklum sama lo cuma karena luka di hati lo!"...