BAB 7

47 16 9
                                    

Halo apa kabar gengs?

Keren banget gak sih Masyun bawain live performance Beat It😭 Ketceh!

Happy reading ❤️

⚪ D i c k n o ⚪

Dicky menatap meja kerja Zarsha untuk beberapa saat. Dia pikir Zarsha datang terlambat, tapi rupanya dia benar-benar tidak masuk kerja hari ini. Suasana kantor pun terasa berubah karena tidak ada Gisya. Selnan juga jadi tak berani mendekatinya.

"Una."

"Iya, Pak?"

"Cari tahu kenapa Gisya tidak menemui saya."

Qiuna terdiam, memaksa otaknya bekerja dengan keras. Yang Dicky maksud dengan Gisya tak lain dan tak bukan pasti Zarsha. Lagi pula aneh ketika Dicky malah menanyakan anak stafnya ketimbang stafnya sendiri.

"Katanya Zarsha gak enak badan, Pak."

"Oh gitu. Saya punya aturan baru. Tolong segera direalisasikan. Ketika ada pegawai saya yang sakit, kirimkan bingkisan. Jika memungkinkan saya sendiri yang berikan."

"Ba-baik, Pak."

"Siapkan bingkisannya. Beri tahu saya kalau sudah jadi."

"Baik, Pak."

Qiuna melirik kepergian Dicky, setelahnya menghela napas. Dia jadi penasaran, sebenarnya Dicky lebih tertarik pada Gisya atau malah pada Zarsha? Tidak ada yang tahu bagaimana siasat manusia. Hanya saja, jika Dicky lebih sering mengambil keputusan detik itu juga untuk Gisya. Dia rasa ada yang aneh dengan mereka.

Kakinya bergerak menuju meja kerja Selnan. Dia menarik kursi, duduk di sana sambil memperhatikan Selnan yang sibuk dengan kerjaannya.

"Sel."

"Iya, Una?"

"Orang sakit di kasih apa, ya?"

"Biasanya buah. Oh, bunga juga bisa."

"Bunga? Itu orang sakit atau udah meninggal?"

"Heh!" Mata Selnan memelotot kaget. Mulut Qiuna yang tak bisa dikontrol ini yang menyebalkan. Bisa-bisanya dia melontarkan kalimat itu dengan santainya.

"Temenin gue keluar sebentar, dong," pinta Qiuna sambil mengerjapkan matanya manis. Ayolah, Selnan harus menemaninya.

"Kerjaan gue gimana?"

"Gampang, entar gue bantuin. Buru!"

Selnan ditarik, pasrah dengan kelakuan Qiuna yang sedikit memaksa. Mereka pun tiba di sebuah supermarket. Sepenuhnya Qiuna mempercayai Selnan untuk mengambil barang-barang yang sekiranya Zarsha perlukan.

Hampir setengah jam dua gadis itu berkeliling sampai akhirnya kembali ke kantor. Kemudian Qiuna langsung menemui Dicky yang sedang sibuk berkutat dengan komputer di ruangannya. Kedatangan Qiuna adalah aba-aba bagi Dicky untuk menunda dulu pekerjaannya. Dia harus memastikan keadaan Gisya.

"Kamu ikut saya ke rumah Zarsha."

"Baik, Pak."

⚪ D i c k n o ⚪

Manik mata Zarsha menyorot lurus ke halaman sekolah Gisya. Seharusnya anak mungilnya itu sudah keluar kelas dan berlari ke arahnya untuk pulang. Namun, sepertinya ada hal yang belum selesai di dalam kelas.

Terik matahari di jam segini. Ada untungnya niat Zarsha menutupi mata sembabnya jadi bermanfaat juga untuk menghalau sinar yang sangat terik.

Bel berbunyi, anak-anak TK lainnya satu persatu mulai keluar dari kelas mereka. Sampai akhirnya giliran Gisya keluar.

Dicky ZeknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang