BAB 24

19 12 0
                                    

Happy YouN1VERSARY🥳🥳🥳

Happy reading 🤗

⚪ D i c k n o ⚪

Zarsha menahan napasnya, berusaha sebaik mungkin menutupi wajahnya ketika Dicky tiba-tiba berdiri di sebelahnya. Dengan entengnya pria itu membenarkan jasnya, berakhir menatap ke arahnya dengan wajah datar. Pria itu memang tidak main-main saat mengatakan akan menjemput Gisya hari ini.

Ekhem.”

Tubuh Zarsha terperanjat kecil. Dia merutuki Dicky. Cepatlah pergi! Biarkan Zarsha saja yang menjemput Gisya. Batinnya tertekan, merapalkan sumpah serapah.

“Mau jemput anaknya ya, Bu?”

Ya iyalah bego!

Zarsha mengangguk-angguk. Sekali dia mengeluarkan suara, Dicky pasti akan mengenalinya. Ingatan pria itu tidak bisa diragukan.

“Sama, saya juga.”

Pergilah! Ugh, menyebalkan.

Dicky mengulum senyum. Dia kembali berdehem, mengusap hidungnya yang terasa gatal karena menahan tawa. Dia merendahkan sedikit tubuhnya, mendekatkan wajahnya ke telinga Zarsha.

“Jemput anak kita.”

“HUH! BAPAK!”

Tawa Ricky pecah seketika. Puas setelah mengerjai Zarsha. Tidak seharusnya Zarsha beranggapan penyamaran amatirnya bisa mengelabui Dicky. Lagi pula, motornya tidak mungkin tidak Dicky kenali. Tinggi badannya pun tidak ada perubahan sejak pertama kali mereka bertemu.

“Jangan ketawa!” Zarsha memelotot horor, seperti akan menelan Dicky hidup-hidup.

“Ternyata saya salah.” Dicky masih menahan tawanya.

Zarsha mendengkus kesal. Walaupun dia penasaran maksud dari perkataan Dicky barusan.

“Saya pikir kamu gak peduli sama saya.”

“Emang! Gak usah kepedean!”

Tawa Dicky masih terdengar, dia belum puas mengerjai Zarsha. Sedikit lagi sampai Gisya datang dan memilih pulang bersamanya.

“Marah tanda peduli, loh, Sha.”

“Marah tanda benci lah, Pak! Ck, aneh.”

“Iya, benci suatu hal buruk terjadi pada saya.”

“Mana ada!”

Dicky mengangkat bahu tak acuh. Sekeras apa pun Zarsha mengelak, Dicky tetap meyakini hal itu.

“Akan saya buktikan.”

“PAPA!”

Zarsha menjatuhkan rahang. Menatap tak percaya putrinya yang memilih menyapa Dicky dibanding mamanya sendiri. Lama-lama gadis ini tidak bisa dikendalikan. Memangnya ada apa sih pada Dicky sampai Gisya segitu sukanya?

“Gimana perasaan Sya hari ini?” Dicky bertanya lembut. Tangannya bergerak, merapikan anak rambut Gisya yang berantakan. Dua sudut bibirnya terangkat, matanya menyipit karena tersenyum lebar.

“Sya senangg bangett.” Gadis kuncir dua itu tertawa geli. Dia mendongak, menghentikan tawanya dan melihat bingung ke arah seorang wanita.

“Itu siapa, Pa?”

“Siapa?” Dicky ikut mendongak, detik berikutnya menahan tawanya.

Seolah ada kobaran api dari tubuh Zarsha, sepertinya wanita itu benar-benar kesal.

Dicky ZeknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang