Jake tidak menampakkan dirinya di depan teman-temannya lebih dari seminggu. Padahal besok sudah saatnya ujian masuk universitas.Saat Jay datang ke rumahnya, tidak ada jawaban. Kedua orang tuanya pasti pergi bekerja. Jake ada di rumah tapi tidak menjawab sama sekali.
Yang keluar menyambut Jay malah bibi Rika. Jay bertanya bagaimana kondisi Jake. Bibi Rika hanya memasang wajah khawatir.
Sepertinya anak itu tidak pernah keluar dari kamar semenjak saat itu. Katanya pun makan dia di dalam kamar.
"Menurut lo, besok Jake datang gak?" -Jiyoon
Jay mengangkat bahu. Dia juga tidak tahu.
Jiyoon menghela napas. Seminggu lebih tidak bertemu Jake, Jiyoon merasa dirinya kesepian. Biarpun ada empat teman yang ada disampingnya, tapi kalau tidak ada Jake memang ada yang kurang.
Seperti Jake itu punya tempat tersendiri di hati Jiyoon.
"Firasat gue mengatakan dia bakal datang" -Soeun
"Lo yakin?" -Monday
"Dia kan pengen banget masuk ke sana. Harusnya dia datang"
"Masuk akal. Jake juga bukan tipe orang yang suka bolos tes" -Sunghoon
"Yah, kita liat aja besok" -Jay
♤~♡~◇~♧
Besoknya, mereka berlima datang ke universitas untuk tes. Jiyoon tidak ikut tes karena dia dapat beasiswa. Dia ikut hari ini cuma untuk melihat-lihat universitasnya.
Dan juga untuk memastikan apakah Jake datang atau tidak.
"Kalau gitu kita masuk ya" -Soeun
"Iya"
Jay, Sunghoon, Soeun, Monday masuk ke ruangan mereka. Jiyoon sendirian sekarang.
Dia memutuskan untuk ke taman sambil mencari angin. Taman disini luas dan sejuk. Ada air mancur juga yang membuatnya semakin indah.
Jiyoon duduk disana selama lebih dari tiga puluh menit, karena bosan, dia memutuskan untuk keliling sebentar.
Dia berjalan di sepanjang koridor. Semua pintu kelas ditutup. Padahal dia keliling sambil ingin mencari Jake.
Dari saat mereka sampai tadi, Jiyoon sama sekali tidak melihat Jake. Dia mengarahkan pandangannya ke segala tempat tapi tidak melihat sosok Jake dimanapun.
Jiyoon merasa lelah. Dia duduk di bangku yang ada di koridor. Lalu memutuskan untuk kembali ke taman tadi.
Tapi sepertinya nasib buruk menghampirinya.
Jiyoon berjalan kesana kemari. Tapi dia tidak kunjung sampai di tempat tadi.
Ya, dia tersesat.
Jiyoon tentu saja panik. Mau berapa lamapun dia berjalan dia tetap tidak menemukan jalan keluar. Malah sepertinya dia semakin masuk ke dalam dan semakin tersesat.
Hingga tes sudah mulai selesai dia belum juga keluar. Jiyoon merasa putus asa. Dia kembali duduk di bangku koridor tadi. Ditempat yang sama.
Dia kembali lagi ke tempat dia beristirahat sebelumnya, di koridor yang sama. Kampus ini serasa labirin.
Jiyoon memejamkan matanya berniat menenangkan pikirannya yang mulai berpikir negatif.
Tiba-tiba bahunya ditepuk oleh seseorang.
"Waa!"
Jiyoon yang kaget tak sengaja menepis tangan orang itu. Saat melihat siapa orangnya, jantung Jiyoon seperti berhenti berdetak.
Orang yang sudah lama tidak dia temui sekarang berada di depannya.
"Ja... Jake...?"
Jake berdiri di depan Jiyoon. Dia datang.
"Nyasar?"
"Eh.. iya.."
"Ikut gue"
Jiyoon segera berdiri lalu mengikuti Jake dari belakang.
Padahal mereka sudah lama tidak bertemu tapi Jake tidak menunjukkan tanda-tanda seperti rindu atau sejenisnya.
Dan lagi, ada yang aneh dengan kondisi Jake. Matanya seperti mata panda, badannya sedikit kurus.
" Lalu Tatapannya tadi...."
Tatapan Jake juga berbeda. Tatapan itu bukan tatapan yang biasanya. Jake yang selalu menatap Jiyoon dengan tatapan hangat, kini berubah menjadi tatapan dingin.
Tak ada pembicaraan diantara mereka. Jiyoon ingin mengajak bicara tapi suaranya tidak kunjung keluar.
Sampai akhirnya mereka sampai di taman.
Sebelum Jake pergi, Jiyoon memberanikan diri berbicara.
"Jake"
Jake menghentikan langkahnya.
"Kenapa lo keluar cepat?"
"Kelas gue selesai duluan. Dari tadi gue liat lo mutar-mutar disana. Jadi gue samperin"
Jiyoon merasa lega karena Jake menjawab pertanyaannya.
"Kemana aja lo selama ini? Kenapa gak ada kabar? Lo gak tau kita khawatir?"
Jake belum menjawab pertanyaan Jiyoon.
"Bukan urusan lo"
Jiyoon seketika terkejut dengan jawaban Jake. Apa ini benar Jake yang dia kenal?
"Eh? Maksudnya?"
"Jangan ikut campur urusan gue sekarang"
"Hah? Gimana bisa? Kita teman kan? Apa gue gak bisa nolong sedikit aja?"
"Turutin aja apa kata gue!"
Jake menjawab dengan nada yang sedikit tinggi. Jake tidak pernah bicara dengan nada seperti itu kepada Jiyoon. Kepada Jay dan Sunghoon pun tidak pernah.
"Lo kenapa sih Jake? Kenapa lo jadi aneh gini?"
"Mulai sekarang menjauh dari gue. Dan juga anggap kita tidak pernah bertemu"
Setelah berkata seperti itu Jake melenggang pergi. Meninggalkan Jiyoon berdiri disana sendirian.
Dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Ini semua mimpi kan? Bukan kenyataan kan?
Jiyoon menampar pipinya sendiri sekuat mungkin. Rasanya sakit. Ini kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bebas
FanfictionIni cerita tentang Jake. Seseorang yang beruntung yang terlahir dari keluarga kaya raya. Tapi Jake tidak merasa senang dengan itu semua. Dia tidak merasa adanya kebebasan dan kasih sayang.