4

109 12 12
                                    


Jake duduk di dekat jendela cafe yang langsung menghadap ke jalanan. Entah kenapa kalau perasaan sedang kesal atau sedih ia sangat suka duduk di dekat jendela.

Jake melamun menatap jalanan yang masih ramai dengan kendaraan.

Lamunan Jake dibuyarkan kala pesanannya sudah datang.

"Ini, silahkan diminum"

Gadis itu hendak kembali ke mejanya.

"Bisakah temani saya disini?"

Gadis itu kembali berbalik ke arah Jake.

Jake langsung menutup mulutnya. Tanpa sadar dia mengatakan itu.

'Apaan sih Jake. Belum kenal loh kalian. Ini mulut boleh gue tampar gak sih"  -batin Jake

"Boleh"

"Ha?"

Jake bingung. Padahal mereka belum kenal dan baru saja bertemu dua kali. Tapi kok?

Sebelumnya gadis itu kembali ke mejanya dan meletakkan celemek yang digunakannya, meminta izin kepada atasan lalu kembali ke meja Jake.

Saat ini gadis itu sudah duduk di depan Jake. Tapi tidak ada pembicaraan diantara mereka.

Suasana canggung sangat terasa diantara mereka. Jake selaku yang mengajak juga tidak tahu apa yang harus dibicarakan.

"Anu..."

Gadis itu mengangkat alisnya tanda meminta Jake untuk meneruskan kalimatnya.

"Soal yang minggu lalu.... maaf ya. Temen saya memang kayak gitu.... maaf ya kalau buat gak enak"

Akhirnya ada sepatah kata yang keluar dari mulut Jake.

"Gak papa kok. Gak masalah"

Mereka kembali terdiam. Jake tidak pandai mencari topik. Dikarenakan tidak pernah bergaul dengan orang lain selain dua sahabatnya. Dan gadis itu yang juga tidak berusaha mencari topik.

"Kamu.... ada masalah ya?"

Jake menatap gadis di depannya dengan tatapan cukup terkejut.

"Kok kamu tahu?"

"Keliatan dari mimik wajah sama tingkah laku kamu. Saya dari tadi perhatikan kamu banyak menghela napas"

Wait, what?

Ini dari tadi dia diperhatikan?

"Saya gak suruh kamu cerita. Tapi kalau ada yang bisa saya bantu silahkan katakan"

Jake tersentuh dengan kata-kata gadis itu. Bukannya menganggap gadis ini sok akrab atau gimana, dia malah senang dengan sikap gadis ini.

"Nama kamu siapa?"

Dengan ragu-ragu Jake menanyakan namanya.

"Shin Jiyoon. Panggil aja Jiyoon"

Jiyoon mengulurkan tangannya pada Jake. Jake menjabat tangan Jiyoon.

"Sim Jaeyun panggil aja Jake"

Malam itu, Jake mendapat teman baru.

Mereka mengobrol seperti seorang sahabat. Yang terlihat sangat akrab satu sama lain.

Ajaib sekali. Jake yang pendiam dan anti sosial bisa berteman dengan seseorang dengan mudahnya.

Di luar sana, ada seseorang yang melihat interaksi Jake dan Jiyoon.

Dia adalah Jay. Dia senang Jake bisa mendapat teman baru. Selama ini teman Jake hanya mereka berdua. Tidak ada yang lain.

"Semoga pertemanan kalian lancar tanpa gangguan siapapun"  -batin Jay

●●●●●

Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam.

Jake masih berada di cafe ini. Sepertinya dia akan pulang sekarang.

Jake pergi ke kasir dan membayar minumannya. Disaat yang sama Jiyoon keluar dari pintu samping meja cafe.

"Mau pulang?"

Jiyoon mengangguk.

"Gue anterin deh"

"Eh gak usah, ngerepotin nanti"

"Udah ayok. Gak baik cewek sendirian malam-malam"

Jake menarik tangan Jiyoon tanpa aba-aba. Tentu saja Jiyoon terkejut.

"Nih pake"

Jake memberikan helm ke Jiyoon. Entah kenapa Jake membawa dua helm.

Saat Jiyoon memakainya ternyata helm itu kebesaran. Sehingga wajahnya tenggelam.

Jake hampir saja tertawa melihatnya.

"Naik"

Jiyoon naik ke motor Jake lalu mereka berdua melintasi jalan raya yang mulai sepi.



☆ Shin Jiyoon (Weeekly)

☆ Shin Jiyoon (Weeekly)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BebasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang