14

62 5 0
                                    


Jay dan yang lainnya sudah keluar dari kelas. Mereka menghampiri Jiyoon yang sedang duduk di bangku taman.

"Jiyoon" -Monday

Jiyoon tidak menoleh. Biasanya dia akan langsung menoleh jika dipanggil seperti itu.

"Dia kenapa?" -Sunghoon

"Gak tau" -Soeun

Mereka mendekati Jiyoon. Soeun menepuk pundak Jiyoon pelan. Jiyoon menoleh.

"Lo kenapa?" -Soeun

Saat ditanya seperti itu, tangis Jiyoon langsung pecah seketika. Sedari tadi dia setengah mati menahan tangisnya. Tapi kalau ditanya ada apa, pecah sudah.

"Eh... lo kenapa nangis?" -Jay

Monday yang panik langsung duduk di samping Jiyoon sambil mengelus pundaknya. Soeun juga seperti itu.

Jay dan Sunghoon saling pandang. Sebenarnya ada apa ini?

"Tenangin diri lo dulu" -Monday

Jiyoon berusaha menenangakn dirinya. Tapi yang ada malah sebaliknya.

Keempat temannya yang lain tentu saja bingung. Mereka berusaha menenangkan Jiyoon yang masih terisak.

Mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang disana. Tapi bodo amat dengan itu.

Lima menit kemudian Jiyoon sudah mulai tenang.

"Sekarang, bisa ceritakan ada apa?" -Jay

Jiyoon mengangguk. Lalu menceritakan semuanya. Saat bercerita, Jiyoon kembali ingin menangis.

"Jake? Ngomong kayak gitu?" -Sunghoon

Bukan hanya Jiyoon yang tidak percaya. Yang lain juga.

"Tadi lo ketemu dia?" -Soeun

Jiyoon mengangguk.

"Gue gak percaya dia begitu. Gue tau tujuannya pasti supaya kita dan Jiyoon tidak kena imbas masalah dia. Tapi, bukannya itu agak keterlaluan?" -Monday

Jay mengangguk setuju. Jake pasti terpaksa melakukan itu.

"Jay..."

"Hm?"

"Benar gak sih... dia suka sama gue..? Itu benar atau bohong?"

Jay mendekat ke arah bangku lalu duduk di rumput.

"Iya itu benar. Dia sendiri yang bilang. Karena dia suka sama lo makanya dia berkata kayak gitu. Dia terpaksa melakukan itu karena gak mau lo terseret dalam masalah dia. Meskipun harus buat lo sakit hati"

Hening sejenak.

"Kalau nanti gue ketemu dia, gue bakal ajak bicara. Biarpun harus gue paksa" -Sunghoon

"Jangan diajak kelai ya" -Soeun

Sunghoon mengangguk. Yang dia inginkan hanya penjelasan dari Jake tentang apa yang sudah terjadi padanya.

"Sekarang, pulang yuk" -Jay

Jiyoon dirangkul oleh Monday dan Soeun. Mereka masuk ke mobil Jay. Mereka memang berangkat dengan mobil Jay.

Jay menyalakan mobilnya lalu melaju di jalan raya.

♤~♡~◇~♧

Dua hari kemudian, hasil tesnya sudah keluar. Cukup cepat bagi universitas yang memiliki ratusan calon mahasiswa.

Jay dan Monday pergi melihat hasilnya di sana. Soeun dan Sunghoon ada di rumah Jiyoon. Mereka berkumpul di sana.

Jiyoon masih belum bisa melupakan kejadian dua hari lalu.

"Lo masih marah sama dia?" -Soeun

"Udah enggak sih. Tapi... gue gak bisa diam gini aja"

"Gimana kita mau bantu kalau dianya aja gak pernah curhat ke kita sekalipun" -Soeun

"Emang iya ya?" -Sunghoon

"Ya coba lo ingat-ingat. Pas kita berenam dia gak pernah kan cerita sedikitpun masalah dia. Kita tahu masalah Jake juga dari lo sama Jay"

Sunghoon mengangguk. Benar juga.

"Kalau bukan dari orangnya langsung, kita gak bakal tau lebih tepat apa yang dialami Jake"

"Mungkin aja masalahnya lebih parah daripada yang dia ceritakan ke gue sama Jay" -Sunghoon

"Kita harus bicara sama Jake gimanapun caranya. Pasti sebenarnya dia butuh tempat untuk menumpahkan segala kelus kesahnya" -Jiyoon

"Pasti dia kesepian sekarang" -Sunghoon

Brak

Mereka bertiga kaget mendengar suara pintu rumah dibuka kasar. Dan disana ada Jay dan Monday dengan raut wajahnya yang tidak bisa dijelaskan.

"Kenapa sih? Ngagetin aja" -Soeun

"Percaya gak percaya liat ini!" -Monday

Monday mengeluarkan handphonenya dari dalam tas. Disana terpampang jelas foto pengumuman kelulusan ujian masuk universitas mereka yang sudah difoto oleh Monday tadi.

Dan hasilnya mereka semua lulus secara ajaib.

"Gue lulus? Beneran nih?" -Sunghoon

Mereka tentu saja senang.

"Tapi bukan itu masalahnya sekarang. Day, foto itu" -Jay

Monday mengangguk lalu menggeser layarnya. Disana juga terpampang foto pengumuman itu. Tapi dengan nama yang berbeda dan judul yang berbeda pula. Disana terdapat tulisan siswa yang tidak lulus.

"Ha?"

Mereka teramat sangat terkejut dengan apa yang barusan mereka lihat.

"Jake... gak lulus?" -Jiyoon

"Masa sih? Gak mungkin kan dia gak lulus" -Sunghoon

"Gue juga mau gak percaya. Tapi ini terpampang jelas nama Jake disana" -Jay

Ya, Jake tidak berhasil melewati ujian masuk itu. Dia gagal. Padahal Jake itu salah satu orang yang paling pintar di antara mereka. Bukan hanya diantara mereka, di sma nya juga begitu.

"Apa ini ada hubungannya dengan masalah sekarang?" -Jiyoon

"Ha? Maksudnya?" -Monday

"Dua hari lalu saat kita ketemu di kampus, gue liat keadaan Jake nggak fit. Gue pikir mungkin itu karena dia stress dengan apa yang terjadi padanya"

"Bisa jadi" -Jay

Kondisi seseorang yang sedang tidak sehat, bisa mempengaruhi kinerja orang tersebut. Itulah yang dialami Jake.

"Jay, haruskah kita kesana lagi?"

"Kayaknya. Gue pengen ketemu Jake"

Jay dan Sunghoon berencana pergi ke rumah Jake lagi. Semoga saja kali ini mereka bisa bertemu Jake dan berbicara secara langsung dengannya.

BebasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang