Jake bangun seperti biasa dan hendak bersiap untuk sekolah. Setelah memakai seragam dan perlengkapannya ia segera turun ke bawah untuk sarapan.Seperti biasa, Jake akan sarapan sendirian.
Kedua orang tuanya pergi bekerja. Padahal ini baru jam enam tapi mereka sudah pergi.
Dirumah seluas ini hanya ada dia dan beberapa pembantu rumah tangga.
Rasanya....... sangat sepi.
Di meja sudah ada makanan yang disiapkan oleh bibi Rika. Pembantu yang sudah Jake anggap seperti ibu sendiri.
"Menunya sama kayak kemarin ya bi?"
Bibi Rika yang sedang menyapu menoleh ke arah Jake.
"Iya mas. Pas tadi bibi cek ternyata bahannya cuma ada yang buat itu. Maaf ya mas kalau bosan"
"Gak masalah kok bi. Yang penting ada"
Jake mulai makan sambil menonton serial anime kesukaannya. Disaat seperti ini hanya handphone lah yang bisa menemani saat-saat sarapannya.
Setelah selesai, Jake langsung memakai sepatunya.
"Hati-hati mas Jake"
"Iya makasih bi"
Jake pergi ke sekolah diantar oleh supir pribadi mereka.
♤~♡~◇~♧
Jake turun dari mobil ketika dia sampai di sekolah.
Satu fakta lagi tentang Jake. Dia bersekolah di Dwight School Soeul. Salah satu sekolah internasional terbaik di korea selatan. Bangunan sekolahnya sangat megah. Biayanya masuknya saja bisa mencapai sekitar empat ratus juta.
Jake itu pindahan dari Australia. Dia pindah sejak lulus smp. Sekarang dia kelas tiga sma. Dulu juga di Australia Jake sekolah di sekolah yang megah. Halamannya luas, ada kolam berenang juga. Mungkin lebih megah daripada sekolah yang sekarang.
Kaya banget gak tuh.
Jake berjalan menuju kelasnya di lantai dua. Dikelasnya belum terlalu ramai orang. Soalnya masih jam enam tiga puluh.
Dan diantara siswa yang ada dikelas itu salah satu sahabat Jake sudah datang. Dia duduk sambil membaca sebuah surat.
Sepertinya Jake tahu itu surat apa.
"Jay belum dateng?"
"Lo kan tau di suka dateng lima menit sebelum bel"
Sunghoon namanya. Semenjak masuk sekolah ini Jake langsung klop dengan Sunghoon dan sahabatnya satu lagi yang bernama Jay.
Setiap hari mereka selalu bareng. Tiga-tiganya sama-sama tampan. Mereka sering jadi perhatian orang-orang kalau lewat di koridor. Julukan mereka adalah 'Tiga Pangeran Dwight'
"Surat cinta lagi?"
Jake berkata sambil menaik turunkan alisnya.
"Iya. Gue seneng sih banyak yang suka sama gue. Tapi kalau tiap hari dapat ginian risih juga"
Ya, setiap hari Sunghoon selalu menerima surat atau barang lainnya. Seperti coklat, permen, kue, atau minuman. Yang sering dibarengi dengan surat.
"Ya wajar sih. Diantara kita yang paling ganteng kan lo"
"Gue tau gue yang paling ganteng di sekolah ini. Tapi rasanya gue kek gak enak gitu kalau dikasih ginian terus"
"Kok gue kesel ya dengernya"
Sambil menunggu bel berbunyi, mereka berdua terus berbicara. Lebih tepatnya gibah. Yang digibahin sahabatnya sendiri.
Tepat lima menit sebelum bel, seseorang masuk ke kelas dengan santainya.
"Heyyoooo gais"
Jake dan Sunghoon mengenali suara itu. Siapa lagi kalau bukan Jay. Orang yang paling berisik di geng mereka.
"Ngomongin apa nih?"
"Ngomongin lo" -Jake, Sunghoon.
"Lah kok gue?"
Belum sempat Jake menjawab, bel masuk sudah berbunyi.
"Loh? Cepet amat. Masih tiga menit lagi loh harusnya" -Jay
"Ha? Pas kok. Jam lu kali yang rusak" -Jake
Jay melihat ke arah jam dinding. Benar saja jamnya rusak.
"Untung lo gak telat" -Sunghoon
"Padahal tadi masih hidup loh"
Obrolan mereka terhenti karena guru sudah masuk. Mereka langsung duduk serapi mungkin.
☆ Sunghoon (Enhypen)
☆ Jay (Enhypen)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bebas
FanfictionIni cerita tentang Jake. Seseorang yang beruntung yang terlahir dari keluarga kaya raya. Tapi Jake tidak merasa senang dengan itu semua. Dia tidak merasa adanya kebebasan dan kasih sayang.