23

12 0 0
                                    


"Siapa Jake?" -Jay

Jay berjalan ke arah pintu. Melihat Jake hanya berdiam di depan membuatnya penasaran dengan siapa yang datang.

Dan alangkah terkejutnya Jay kala dilihatnya dua orang yang sangat dihindari Jake beberapa bulan ini.

Ya, orang tua Jake datang.

"Jake.."

Sang ibu memeluk Jake tanpa aba-aba. Jake terkejut dengan perlakuan ibunya. Seumur hidup sepertinya baru kali ini Jake merasakan pelukan dari seorang ibu.

"Jake... maafkan kami..."

Jake merasakan tubuh ibunya bergetar. Jake masih bingung ingin bereaksi seperti apa. Ini terlalu tiba-tiba.

Saat Jake masih memproses semua kejadian ini, sang ayah juga menyusul memeluk Jake.

"Jake.. maafkan kita.."

Jake yang tadinya kembali marah, sekarang matanya dipenuhi oleh cairan bening.

"Kami salah... kami sangat keterlaluan.. pasti kau sangat menderita selama ini ya.." -Ayah

"Kami tidak bisa melaksanakan tugas kami sebagai orang tua dengan baik... maafkan kami...sungguh maafkan kami Jake" -Ibu

Sedetik kemudian, air mata Jake turun bebas dengan deras. Jake membalas pelukan itu sambil menenggelamkan wajahnya di bahu kedua orang tuanya.

Jiyoon dan Monday yang menyaksikan itu juga ikut terharu. Bahkan Jiyoon kondisinya juga sudah sama seperti Jake.

"Kami terlalu terobsesi dengan uang dan derajat. Maafkan kami karena sudah membuat hidupmu seperti ini.."

Maaf.

Kata yang pertama kali Jake dengar dari orang tuanya. Kata itu pendek dan simpel tapi sulit untuk dikatakan oleh orang-orang.

"Iya.. aku maafin... tapi tolong... jangan diulangi lagi" -Jake

Jake memaafkan perbuatan kedua orang tuanya. Setelah beberapa menit berpelukan, Jake melepas pelukannya lalu menghapus air matanya.

Sang ibu mengeluarkan sapu tangan lalu membantu Jake mengelap air matanya.

"Baguslah kalau sudah baikan"

Jake menghentikan gerakannya. Dia kenal suara itu. Sangat kenal.

Dia lalu memberanikan diri melihat ke depan. Disana berdiri seorang nenek-nenek dengan tongkatnya.

Dia nenek Jake. Ibu dari ayahnya.

Kalau biasanya seorang cucu akan langsung memeluk neneknya ketika bertemu, berbeda dengan Jake.

Dia mematung di depan pintu seperti batu. Bukannya dia benci atau apa. Tapi nenek ini terkenal sangat garang di keluarga mereka.

Jake dulu pernah dimarahi habis-habisan oleh nenek karena memecahkan vas bunga kesayangan nenek.

Karena itulah Jake selalu merasa takut dan waspada kalau berada di dekat nenek.

"Hei, kau tidak rindu pada nenekmu? Cucu macam apa kau"

Jake seketika tersadar.

"Eh.. he he maaf nek"

Jake berjalan ke arah nenek. Padahal sang nenek hanya berbicara dengan nada pelan, tapi ditelinga Jake apapun yang dikatakan neneknya selalu terdengar seperti bentakan.

Jake memeluk neneknya dan dibalas dengan sang nenek.

"Kalau bukan karena aku mungkin mereka tidak akan pernah sadar dengan kesalahan yang mereka perbuat"

BebasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang