3

122 14 4
                                    


Jake pulang ke rumah pukul 20.00 malam. Kerja kelompoknya ternyata lebih lama dari yang dibayangkan.

Ya gimana nggak. Jay aja tadi lebih banyak ngomong sama Monday. Sunghoon yang numpahin kopinya. Belum lagi tadi ada debat sedikit.

Jake masuk ke rumah. Tapi Jake terkejut mendengar keributan di dalam.

Jake mengenali suara itu. Itu suara ayah dan ibunya. Tapi mereka seperti membentak satu sama lain.

Jake ingin memastikan apakah orang tuanya benar bertengkar atau tidak. Dia melepas kaos kakinya lalu melangkah masuk.

"Aww sakit"

Ternyata Jake menginjak pecahan keramik yang tajam. Sepertinya salah satu vas bunga mereka pecah.

Dari arah ruang keluarga bibi Rika muncul.

"Bi, ada apa?"

Melihat Jake sudah pulang, bibi langsung menyuruhnya masuk ke kamar.

"Masuk ke kamar mas. Nanti kamu kena imbasnya"

Ternyata memang benar orang tuanya bertengkar.

"Jake!"

Mendengar bibi sudah memanggilnya tanpa embel-embel mas, Jake langsung masuk ke kamar seperti yang diperintahkan.

Karena kamar Jake terletak di lantai dua, Jake bisa melihat sekilas pertengkaran kedua orang tuanya.

Jake masuk ke kamarnya. Lalu dia terduduk di depan pintu.

Dari yang dia dengar, pertengkaran itu dikarenakan perusahaan mereka sedang kacau. Mungkin sahamnya mengalami penurunan.

Padahal mereka tidak perlu bertengkar sehebat ini. Bukankah bisa dibicarakan baik-baik?

"Kenapa jadi begini?"

♤~♡~◇~♧

Pertengkaran itu masih berlanjut. Sudah seminggu semenjak hari pertengkaran itu.

Prang

"Aisshhh"

Jake pusing mendengar suara-suara itu sejak sore tadi. Harusnya dia beristirahat sekarang. Tapi disini yang ada malah tambah pusing dan lelah.

Mungkin lebih baik rumah ini hanya ada dia seorang.

Jake yang sudah terlampau pusing pun mengambil jaket dan kunci motornya.

"Mau kemana kamu?!"

Langkah Jake terhenti sejenak kala ia mendengar suara ayahnya.

"Jam segini mau ke mana"

Ayahnya bertanya lagi karena Jake tidak menjawab.

"Ke tempat di mana aku gak bisa dengar suara berisik ini"

Dia lalu keluar rumah tanpa memperdulikan teriakan ayahnya yang melarangnya untuk pergi.

Jake ingin ke mana saja. Ke tempat dimana ia bisa menenangkan diri.

●●●●●

"Kenapa gue ke sini sih"

Disinilah Jake sekarang. Di cafe tempat ia dan sahabatnya kerja kelompok seminggu lalu.

Selain itu dia punya kenangan memalukan di cafe ini. Semua berkat sahabatnya yang tampan dan baik hati.

Jake mengecek jam. Ternyata masih jam 20.30 malam.

"Harusnya dia udah pulang sih"

Jake ragu mau masuk atau tidak. Dia masih terlampau malu karena kejadian itu.

"Ah udahlah. Udah terlanjur ke sini juga"

Jake masuk ke dalam. Dengan harapan gadis itu sudah pulang. Karena ini sudah lumayan malam. Dipikirannya tidak mungkin seorang gadis pulang jam segini sendirian.

Tapi sepertinya nasibnya sedang sial. Baru saja dia menginjakkan kaki di dalam, dia sudah bertemu gadis berambut pendek itu. Yang sedang melayani pelanggan. Gadis yang tidak ingin ditemuinya lagi.

Apalagi gadis itu menatap Jake tanpa berkedip.

Jake langsung berbalik badan hendak meninggalkan cafe. Tapi dia mengurungkan niatnya karena gadis itu memanggilnya setengah berteriak.

"Mau pesan apa?"

Jake yang merasa tidak punya pilihan lain memutuskan untuk minum di sini. Dia berbalik badan.

"Vanilla latte satu"

Gadis itu mengangguk lalu pergi menyiapkan pesanan Jake.

BebasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang