"Eh, kita pergi duluan ya" -Jay"Yah, mau kemana?" -Soeun
"Kita ada urusan sama kelompok ospek sebentar" -Sunghoon
"Yaudah. Hati-hati" -Soeun
Jay dan Sunghoon mengangguk. Mereka berdua pergi meninggalkan taman menuju perpustakaan.
"Merasa bersalah gak sih bohongin mereka?" -Jay
"Ya tentu" -Sunghoon
"Tapi kita gak punya pilihan lain. Jadi mau gimana lagi"
Sunghoon mengangguk setuju.
Mereka tiba di perpustakaan. Sunghoon membuka pintu. Ternyata di dalam lumayan ramai.
Mereka mencari keberadaan Jake. Tapi cukup sulit untuk mencarinya karena perpustakaan ini luas. Mereka mencari Jake sampai ke lantai dua.
Dan akhirnya mereka menemukan Jake duduk di salah satu meja pojok dekat jendela.
Entahlah, sepertinya Jake sangat menyukai duduk di pojokan seperti itu.
"Jake" -Jay
Jake menoleh lalu menutup buku yang sedang dibacanya. Jay dan Sunghoon duduk di kursi depan Jake.
"Jadi, apa yang mau lo omongin?" -Sunghoon
Jake menarik napas sebentar.
"Kalian pasti penasaran kan, kenapa gue disini sekarang?"
Mereka berdua mengangguk.
"Ayah gue..."
"Kenapa ayah lo?" -Jay
Jake belum meneruskan kalimatnya. Seolah-olah kalimat itu sangat berat untuk diucapkan. Ekspresi Jake juga terlihat ragu-ragu.
"Ngomong aja. Kita pernah bilang kan kita siap buat bantu lo?" -Jay
Jake menghembuskan napas pelan sekali lagi. Lalu dia melihat sekitar untuk memastikan tidak ada orang.
"Ayah gue ngelakuin suap ke pihak kampus"
"HAH????!!!"
"Ssttt"
Jake meletakkan jari telunjuknya di bibir. Untung saja lantai dua ini lebih sepi dari lantai bawah.
"Apa tadi? Suap? Lo serius?" -Sunghoon
Jake mengangguk. Dia lalu mengusap wajahnya kasar menandakan kalau ia sangat frustasi.
●●●●●
Dua minggu yang lalu.
Setelah Jake tahu kalau ia tidak lulus tes, dia langsung mencari universitas lain.
Dia tentu saja kecewa dengan hasil ini. Tapi Jake sudah tahu hal seperti ini akan terjadi mengingat kondisinya waktu itu tidak baik.
Saat sedang mencari universitas lain, Jake dipanggil oleh bibi Rika. Karena bibi yang memanggil, Jake turun ke bawah. Kalau itu ayahnya atau ibunya dia tidak akan turun.
"Kenapa bi?"
"Tuan mau bicara sama kamu"
Jake mengarahkan pandangannya ke arah ruang keluarga di mana ayahnya berada di sana sedang duduk di sofa.
Jake menghela napas kasar. Dia ingin kembali ke kamar. Tapi pada akhirnya dia tetap pergi ke ruang keluarga setelah dibujuk oleh bibi.
Jake duduk di sofa depan ayahnya.
"Kamu tau kan kalau kamu gak lulus tes?"
Jake mengangguk. Sudah dia duga pasti ayah akan membicarakan ini. Sekarang dia siap untuk dimarahi.
"Kamu nanti tetap masuk ke sana. Gak usah cari univ lain"
"Hah? Aku kan gak lulus jadi gak mungkin bisa aku tetap kuliah disana"
"Bisa. Ayah sudah melakukan sesuatu"
"Sesuatu?"
Jake diam sebentar. Sedang berpikir apa yang telah dilakukan ayahnya.
Sesuatu terlintas dipikirannya. Tapi ia berharap bukan itu yang dilakukan ayahnya.
"Jangan bilang... ayah udah melakukan suap?"
Ayahnya mengangguk dengan santainya.
Jake terkejut bukan main. Mulai dari mengurungnya di kamar, dikekang, sekarang malah melakukan hal seperti itu?
"Aku gak mau kuliah kalau begini caranya!"
"Kalau begitu kenapa kamu gak lulus? Kamu pokoknya harus tetap kuliah disana. Tidak ada penolakan!"
Sang ayah pergi meninggalkan ruangan itu begitu saja.
Jake mengacak-acak rambutnya kasar. Mau seberapa jauh lagi ayahnya membuat dia menderita?
●●●●●
Jay dan Sunghoon tidak bisa berkata apa-apa. Kelakuan ayah Jake sudah diluar batas.
"Jiyoon tadi udah ngeliat gue makanya gue lari. Gue malu"
Jay berpindah tempat duduk di samping Jake. Dia lalu mengelus lembut pundak Jake. Dia tahu seberapa stresnya Jake sekarang.
Jake pasti ingin merahasiakan ini dari Jiyoon. Dan pasti dia tidak ingin bertemu dengannya.
"Tolong-"
"Rahasiakan dari Jiyoon kan? Gue tau kok" -Jay
Jake mengangguk.
"Gue bakal rahasiain. Tapi dengan syarat"
"Apa?"
"Janji sama gue. Lo bakalan ngasih tau Jiyoon suatu saat nanti tentang ini. Gue mau dia tau dari lo langsung"
"Hah?"
"Dia harus tau dari lo, bukan dari kita. Kalau dia tau masalah ini dari orang lain, pasti dia bakalan kecewa. Gue bakal ngerahasiain ini sampai dua minggu kedepan. Setelah itu lo kasih tahu dia"
Jake menggigit bibir bawahnya. Dia ragu. Apa Jiyoon harus tau masalah ini?
"Janji?"
Jay menyodorkan jari kelingkingnya. Jake menatap ragu jari itu sebentar. Setelah itu dia akhirnya menautkan jari kelingkingnya ke jari Jay.
Jay dan Sunghoon tersenyum. Semoga saja Jake menepati janji ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bebas
FanfictionIni cerita tentang Jake. Seseorang yang beruntung yang terlahir dari keluarga kaya raya. Tapi Jake tidak merasa senang dengan itu semua. Dia tidak merasa adanya kebebasan dan kasih sayang.