Sebulan berlalu setelah kejadian Jake mengamuk di rumah. Selama sebulan itu juga Jake tidak pernah kembali ke rumah lagi.Dia sudah dibujuk berkali-kali oleh teman-temannya. Tapi dia tetap tidak mau. Karena Jake keras kepala tidak mau mendengarkan omongan mereka, akhirnya Jay dan yang lainnya membiarkannya sampai Jake sendiri yang ingin pulang.
Dan soal kuliah, dia berhenti. Kalau ingin pindah, dia harus punya surat persetujuan orang tua. Bagaimana pula Jake akan mendapatkan surat itu disaat dia keluar dari rumah?
Dan soal baju tidak perlu khawatir. Karena ada black card yang selalu ada di dompetnya.
Yang menjadi keseharian Jake sekarang adalah membantu di cafe yang sama dengan Jiyoon.
Seperti saat ini.
Dia sedang menyiapkan minuman pelanggan bersama Jiyoon dan Monday.
Itu pelanggan terakhir hari ini. Cafe tutup lebih awal hari ini. Yang biasanya buka hingga jam sepuluh malam, khusus hari ini hanya sampai jam enam.
Jake mengeluarkan motornya dari parkiran. Jiyoon ada di belakangnya. Mereka pulang bersama.
Awalnya Jiyoon menolak, takut kejadian beberapa bulan lalu terjadi lagi. Tapi Jake tetap memaksa. Ada jalan lain disana jadi dia akan menggunakan jalan itu.
Lagian dia juga sudah tidak perduli lagi mau ketahuan atau tidak.
Motor Jake melaju di jalanan.
"MAU MAMPIR DULU NGGAK"
Jake agak berteriak karena kalau diatas motor seperti ini pasti tidak akan terdengar kalau tidak berteriak.
"KEMANA"
"LO MAUNYA KEMANA?"
"TERSERAH"
Karena Jiyoon berkata seperti itu, Jake memilih untuk kesana. Ke taman dimana mereka sering berkumpul.
Jake menghentikan motornya. Mereka sampai di taman.
Jake berjalan duluan di depan lalu berbaring di rumput. Jiyoon duduk di sampingnya.
Malam ini bintang terlihat indah dilangit. Ditambah dengan udara yang sejuk membuat betah untuk berlama-lama disini.
"Jake, lo beneran gak mau balik?"
Jake menghela napas.
"Masih belum. Gue masih belum mau ketemu mereka"
Jawaban itu lagi. Jake selalu menjawab seperti itu jika muncul pertanyaan seperti tadi.
"Pernah gak sih terlintas di pikiran lo, kalau orang tua lo bakal nyariin lo terua pas udah ketemu mereka menyesal?"
"Hmmmmm, belum pernah. Soalnya gue belum pernah ngeliat mereka minta maaf sama siapa pun. Apalagi menyesal. Makanya gue gak pernah mikir ke sana"
Jiyoon mengangguk paham. Lalu mereka terdiam menikmati pemandangan dan udara segar.
Setelah dirasa cukup lama, Jake berdiri lalu mengajak pulang.
"Pulang yuk. Udah malem"
Jake mengulurkan tangannya. Jiyoon menerima uluran tangan itu lalu berdiri dengan bantuan Jake.
Mereka kembali ke atas motor lalu pulang.
♤~♡~◇~♧
Hari rabu, siang hari, Jake tengah bersantai di ruang tengah rumah Jay. Jay juga ada disana. Mereka semua berkumpul di rumah Jay. Hari itu kebetulan mereka semua tidak ada kelas.
Cafe juga sedang tutup sekarang.
Kecuali Sunghoon dan Soeun. Mereka berdua sedang jalan-jalan bersama. Dengan kata lain kencan. Yang mengajak siapa mungkin sudah jelas.
Jake berbaring di sofa sambil melihat-lihat ponselnya dengan kaki dinaikkan ke dinding.
Jiyoon yang duduk di sofa sebelahnya merasa geram dengan cara Jake berbaring.
Plak
"Aw, sakit yoon"
"Baring yang betul!"
Jake merungut, tapi tetap patuh dengan Jiyoon.
Monday dan Jay sedang asyik ngemil sambil nonton drama kesukaan Monday. Lebih tepatnya Monday sih yang maksa Jay buat ikut nonton.
Tadi Jiyoon sama Jake juga diajak tapi gak mau.
"AAAAAAAAAAA"
Jiyoon hampir tersedak air yang diminumnya.
"Jay berisik!!" -Jake
Monday entah kenapa tertawa lepas. Seperti puas setelah melakukan sesuatu.
"Nonton drama kok kek nonton film hantu" -Jiyoon
"Ya.. emang nonton film hantu... aduh sakit perut" -Monday
Monday memegangi perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa.
"Tumben lo nonton film hantu Jay" -Jake
"Ni orang katanya mau nonton drama tapi malah nonton film hantu. Biadab emang"
Jay memukul kaki Monday. Diantara mereka berenam, yang paling penakut adalah Jay. Apalagi pada hantu.
Sunghoon bahkan pernah bilang 'muka aja sangar tapi nyalinya seupil'.
Tapi kalau soal cinta, dia jagonya. Dia selalu secara terang-terangan mengakui kalau dia menyukai seseorang di depan orang yang disukainya secara langsung.
Siapa yang disukai Jay? Ya, Monday.
Monday sudah terbiasa kalau Jay bilang dia suka padanya. Tapi anehnya sampai sekarang Monday belum menjawab apapun. Betah banget Jay digantungin.
Jake akhirnya bergabung bersama Monday menonton film. Jiyoon yang merasa seperti diabaikan pun ikut nonton film.
Jay takut tapi tetap ikut. Dia memegang bantal sofa dan menghalangi pandangannya. Dia hanya melihat dari ujung bantal.
Saat sedang serius-seriusnya nonton, bel rumah berbunyi. Semua perhatian mereka teralihkan kesana.
"Hisshhh ngerusak suasana aja. Jake bukain gih"
"Lah kok gue. Lo yang punya rumah kok"
"Bukain dong, gue mager"
"Ck"
Jake turun dari sofa dan berjalan malas ke arah pintu. Dia membuka pintunya.
"Ya cari siapa?"
Jake terkejut melihat orang yang berada di depan pintu. Seketika itu juga amarah Jake kembali datang. Dia menatap orang itu dengan tatapan dingin.
"Kalian kenapa kesini?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bebas
FanfictionIni cerita tentang Jake. Seseorang yang beruntung yang terlahir dari keluarga kaya raya. Tapi Jake tidak merasa senang dengan itu semua. Dia tidak merasa adanya kebebasan dan kasih sayang.