Jingga membuka pintu bakery shop nya dengan langkah yang lesu, hari ini dia datang lebih pagi karena memang seharian tidak bisa tidur setelah apa yang terjadi semalam, Ayahnya divonis menderita kanker kelenjar getah bening stadium 2. Hancur.. Hanya itu yang bisa dirasakan Jingga, terlebih Ayah adalah satu-satu nya orang tua yang ia miliki saat ini, Ibu nya sudah meninggal dari saat Jingga duduk di bangku SMA. Jingga saat ini hanya tinggal bersama dengan sang Ayah dan juga adik laki-laki nya yang masih duduk di bangku kuliah semester akhir.
Satu per satu karyawan Jingga pun berdatangan. Jingga memiliki 5 karyawan di bakery shop nya ini, 2 untuk melayani para pembeli sedangkan 3 membantu Jingga di dapur. Berbeda dengan teman-teman seusianya yang saat ini bekerja di kantor, Jingga justru memilih untuk membuka usaha bakery sendiri seperti cita-cita yang selalu ingin menjadi pastry chef. Jingga beruntung sang Ayah bukan tipikal orang tua kolot yang mengharuskan anaknya bekerja sebagai pegawai BUMN atau PNS, Ayahnya sangat mendukung cita-cita Jingga untuk memiliki bakery shop sendiri bahkan sang Ayah pun yang memberikan nama bakery shop nya Jingga ini, Amber Bakery Shop. Amber adalah sebuah batu yang berwarna Jingga, sama seperti nama anak perempuan satu-satunya yang menjadi pemilik bakery shop ini.
"Mbak Jingga, tumben pagi banget mbak?" Ujar Fifi salah satu karyawan Jingga yang baru saja datang, masih mengenakan jaket dan menenteng helm di lengannya.
"Iya nih, soalnya lagi mau bikin resep baru" Ujar Jingga ngeles, namun tidak sepenuhnya bohong karena memang pelampiasan Jingga ketika stress adalah baking. Baking is her stress relief.
"Wah, semangat Mbak.. Aku izin mau ganti baju dulu yah" Ujar Fifi sambil berjalan ke arah toilet karyawan di belakang.
Jingga masuk ke ruangan kerjanya di belakang, iya Jingga sengaja membuat ruangan kerja untuk dirinya di dekat dapur di belakang, ruangan kerja ini adalah kamar kedua Jingga setelah kamarnya di rumah. Ruangan yang berukuran 5x6 meter itu bernuansa broken white dengan furnitur warna senada dan gorden berwarna ungu muda, tidak terlalu banyak barang didalamnya, hanya ada lemari buku yang berisi buku resep koleksi Jingga, meja dan kursi untuk Jingga bekerja dengan laptop nya mencari inspirasi untuk menu-menu barunya. Bakery shop ini memang baru berjalan 3 tahun namun karena kualitas yang diberikan Jingga di setiap kue-kue nya dan juga dekorasi cantik bakery shop yang dibuat seperti bakery shop di pinggiran kota Paris membuat Amber bakery shop menjadi cukup terkenal dan dianggap sebagai hidden gem nya Cipete raya.
Di meja kerjanya, Jingga kembali merenung, kembali terputar di benaknya kejadian semalam, ketika perjalanan pulang dari rumah sakit, Jingga menyetir mobil sedangkan Ayahnya berada di kursi penumpang di sebelahnya.
"Mbak, jangan terlalu dipikirin ya.. Tadi kan dokter bilang kalau Ayah cuma butuh kemoterapi 2-4 siklus aja, InsyaAllah sembuh Mbak, wong Ayah sekarang ngerasa bugar" Ujar sang Ayah mencoba menenangkan putrinya yang saat ini sedang mencoba sekuat tenaga menahan nangis.
"Ayah, kemoterapi itu bukan "cuma" Yah. Itu hal yang serius. Mbak minta maaf selama ini Mbak nggak bisa jaga Ayah dengan baik.. Harusnya Mbak masakin Ayah masakan yang sehat-sehat.." Jawab Jingga yang saat ini sudah tidak bisa menahan air matanya lagi.
"Mbak.. Mbak.. melipir dulu, jangan nangis sambil nyetir, bahaya" Perintah sang Ayah, lalu Jingga pun menuruti dengan langsung meminggirkan mobilnya ke sisi jalan.
"Mbak, dengerin Ayah ya.. Jangan pernah berpikir seperti itu, sakit nya ayah ini udah takdir, namanya Ayah udah usia.. Jadi penyakit seperti ini tuh sudah lumrah Mbak.. justru Ayah bersyukur karena sakitnya Ayah ini masih bisa disembuhkan" Ujar Ayah sambil mengelus kepala Jingga yang masih menangis.
"Yah, nggak ada yang bisa disyukuri sama penyakit, maafin Mbak ya Yah.. maafin Jingga" Ujar Jingga yang masih menangis tersedu-sedu.
"Hush, kamu nggak ada salah mbak, Ayah bersyukur banget punya anak kayak kamu, yang bisa gantiin posisi Ibu di keluarga selama ini, ngurusin Ayah sama Tole, Ayah janji Ayah bakal sembuh Mbak.. udah ya, jangan nangis begini, nanti Tole dirumah ikutan panik" Ayah masih mencoba menenangkan Jingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBER PATIO - COMPLETED
Fiksi PenggemarJingga si baker yang idealis, independent, punya bakery shop sendiri tapi masih single di usia 30 tahun. Gading si penganut tidak percaya sama pernikahan, pemilik coffee shop hits di Jakarta Selatan. Tiba-tiba keduanya di pertemukan di sebuah perjod...