Di sebuah coffee shop di bilangan Melawai Blok M bernama Patio Coffee House terlihat sepasang pria dan wanita sedang duduk berdua berhadap-hadapan di kursi yang berada di outdoor. Jingga dan Gading sedang melakukan pertemuan kedua mereka untuk membahas perjanjian pranikah.
"Ini list perjanjian pranikah dari gue" Ucap Jingga sambil memberikan sebuah kertas pada pria didepannya, Gading.
"And here is mine.." Jawab Gading sambil juga memberikan sebuah kertas pada Jingga.
List perjanjian pranikah Jingga:
- Tinggal di rumah Jingga
- No Skinship
- Tidak boleh saling jatuh cinta
- Gading tidak perlu memberi nafkah
- Boleh pelihara Kucing
- Tidak boleh memberitahu ke siapapun mengenai perjanjian pernikahan ini
- Dilarang ikut campur urusan masing-masing
- Tidak boleh saling melarang keinginan masing-masingList perjanjian pranikah Gading:
-Dilarang baper
-Tinggal dirumah sama Mama
-Jangan protes kalau prioritas Gading adalah Mama"Perjanjian nomor 1 dari lo nggak bisa nih, kita tinggalnya di rumah gue." Ujar Gading sambil melihat list perjanjian pranikah dari Jingga.
"Wait, ini kenapa jadi tinggal di rumah lo ya? Nggak bisa.. Ayah gue butuh gue" Tanya Jingga.
"Ayah lo kan ada Adek lo, nyokap gue sendirian" Jawab Gading.
"Bokap lo kemana?" Tanya Jingga.
"Udah cerai lama, pokoknya kita habis nikah tinggalnya di rumah gue, titik" Jawab Gading.
Oh, baru tau kalo orang tua nya Gading udah cerai. Gumam Jingga dalam hati, tapi alasan tersebut masih belum bisa membuat Jingga harus tinggal dirumah Gading setelah menikah nanti.
"Loh nggak bisa gitu, Ding.. Gue paham nyokap lo sendirian dan lo butuh untuk jagain nyokap lo. Tapi bokap gue juga butuh gue, dia lagi sakit dan adek gue lagi kuliah semester akhir lagi sibuk-sibuknya, kadang juga seringnya nginep di kosan temennya buat ngerjain skripsi bareng. Kondisinya sama, Ayah juga butuh gue." Jawab Jingga.
Perdebatan pertama mereka, Jingga mengira bahwa memutuskan untuk menikah dengan Gading adalah keputusan yang tepat karena mereka memiliki visi misi yang sama, namun karena visi misi yang sama itu pula yang membuat mereka berdebat saat ini.
"Rumah lo di Bintaro ya?" Tanya Gading.
"Iya, kok tau?" Tanya Jingga.
"Rumah gue di Ciputat, nggak jauh lah dari Bintaro, nanti kalau pas adek lo lagi harus nginep diluar, kita tinggal dirumah lo nemenin bokap lo, tapi kalau pas adek lo lagi dirumah, kita tinggal di rumah gue sama Mama. Fair enough?" Tanya Gading. Jingga hanya terdiam sambil masih berpikir, namun akhirnya Jingga menyetujui penawaran dari Gading, karena ia berpikir betul juga kalau Ayah masih ada Banar yang bisa nemenin tapi kalau Mama nya Gading sendirian. Lalu Jingga mengangguk di ikuti oleh helaan napas lega dari Gading.
"Trus, ini perjanjian pranikah lainnya dari gue udah deal belum?" Tanya Jingga.
"Deal" Jawab Gading.
"Termasuk pelihara kucing boleh?" Tanya Jingga.
"Iya boleh.. Tapi jangan banyak-banyak, rumah gue nggak luas-luas banget" Jawab Gading.
"Cuma satu kok, kucing gue yang sekarang dirumah, mau gue bawa" Jawab Jingga.
"Oke, kalau gitu kita tanda tangan di masing-masing kertas ini pakai materai, ini gue udah beli materai nya" Ujar Gading sambil memberikan materai pada Jingga. Jingga terkejut ternyata se serius ini masalah perjanjiannya pakai materai segala, tapi okelah biar lebih terjamin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBER PATIO - COMPLETED
FanfictionJingga si baker yang idealis, independent, punya bakery shop sendiri tapi masih single di usia 30 tahun. Gading si penganut tidak percaya sama pernikahan, pemilik coffee shop hits di Jakarta Selatan. Tiba-tiba keduanya di pertemukan di sebuah perjod...