Gading berlari di lorong rumah sakit menuju ruangan ICU tempat Ayah Anton dirawat karena mengalami komplikasi jantung setelah menjalani kemoterapi. Gading menghembuskan nafasnya lega setelah melihat Jingga yang sedang duduk di kursi penunggu pasien, Jingga terlihat sedang menundukkan wajahnya, dan terlihat juga pria di sebelah Jingga yang sedang mencoba menenangkan Jingga. Pria itu adalah Aji Putra.
"Jingga.." Panggil Gading mendekati Jingga.
Jingga menolehkan wajahnya keatas, dilihatnya Gading masih memakai baju yang sama seperti kemarin. Melihat suaminya datang tangisan Jingga kembali pecah.
"Jingga, gue minta maaf.. HP gue mati, gue baru tau kabar Ayah waktu gue balik ke hotel dan gue langsung buru-buru pulang.. Maafin gue" Ujar Gading sambil berlutut untuk mensejajarkan kepalanya dengan kepala Jingga sambil memegang kedua tangan Jingga.
"Gue beli minum dulu ya.." Ujar Aji yang seperti tau diri kalau pasangan suami istri tersebut butuh waktu berdua untuk bicara.
"Kenapa ada Aji disini?" Tanya Gading pada Jingga.
"Dia jemput gue di bandara" Jawab Jingga.
"Kenapa dia yang jemput?" Tanya Gading kembali.
"Ding, seriously? Penting banget ya kenapa bisa dia yang jemput gue? Mau Aji kek, mau presiden kek yang jemput juga gue nggak peduli! selama gue bisa secepat mungkin untuk kesini." Jawab Jingga ketus.
"Maaf" Jawab Gading pelan.
"Lo kemana kemaren?" Tanya Jingga.
"Gue.." Jawab Gading terbata.
"Nyusul Tiara?" Tanya Jingga.
Gading hanya diam.
"Pantesan" Jawab Jingga ketus.
"Pantesan apa maksudnya?" Tanya Gading yang menjadi ketus.
"Nevermind" Jawab Jingga.
"Kalau lo mikir gue yang enggak-enggak, lo salah." Jawab Gading datar.
"Mau lo yang enggak-enggak juga gapapa Ding, I don't have rights to stop you, we're fake after all" Jawab Jingga sambil tersenyum kecut.
Gading hanya terdiam.
"Ding, are you still faking it?" Tanya Jingga sambil menunjuk cincin pernikahan mereka di jari manis Gading.
Gading lagi-lagi hanya terdiam.
Kenapa diem, Ding?
"Ding, tujuan gue nikah sama lo adalah untuk bikin Ayah bahagia, tapi sekarang kenyataannya gue jadi jauh sama Ayah, gue nggak bisa ngerawat Ayah yang lagi sakit. Dan gue juga nggak mau nyakitin diri gue sendiri lagi, do you still feel this is right?" Tanya Jingga lagi.
"Gue nggak tau."Jawab Gading.
"Ding, gue kayaknya butuh waktu sendiri, Gue mau pindah ke rumah Bintaro. Ayah sama Banar lebih butuh gue" Ujar Jingga sambil berdiri pergi meninggalkan Gading yang kini masih terduduk, menunduk, entah memikirkan apa.
----------
Sudah sebulan Jingga tinggal di rumah Bintaro untuk merawat Ayahnya, sudah sebulan juga Jingga tidak berkomunikasi dengan suaminya selain hal-hal penting seperti update soal keadaan Ayah. Keadaan sang Ayah Anton pun sudah membaik namun masih belum bisa lanjut kemoterapi karena masih menunggu kondisinya lebih kuat dulu. Sudah sebulan juga Jingga dan Gading berbohong pada kedua orang tua nya kalau hubungan mereka baik-baik saja, Mama Ratna yang mengerti kondisi Jingga yang harus merawat sang Ayah sehingga tidak banyak tanya ketika Jingga harus pindah ke Bintaro, sesekali juga Gading berkunjung ke Bintaro untuk menemui sang Ayah mertua. Sudah sebulan ini juga Jingga hanya sesekali berkunjung ke bakery nya, untuk meeting proyeknya dengan Aji pun dilakukan dirumah Bintaro. Sang Ayah selalu menyuruh Jingga untuk pulang kerumah Gading namun Jingga selalu menolak dengan alasan Jingga ingin merawat ayahnya, dan apabila Jingga sudah membuat keputusan, tidak ada yang bisa mengganggu gugat.

KAMU SEDANG MEMBACA
AMBER PATIO - COMPLETED
FanfictionJingga si baker yang idealis, independent, punya bakery shop sendiri tapi masih single di usia 30 tahun. Gading si penganut tidak percaya sama pernikahan, pemilik coffee shop hits di Jakarta Selatan. Tiba-tiba keduanya di pertemukan di sebuah perjod...