Sudah setahun sejak Gading dan Jingga menikah kembali, selama setahun itu pula perdebatan untuk memiliki anak terjadi diantara mereka berdua. Pertanyaan dari "kapan menikah" kini sudah upgrade jadi "kapan punya anak".
Gading yang masih ragu untuk punya anak karena merasa belum siap untuk memiliki anak dan kerap kali memakai alasan:
"Jingga lagi sibuk-sibuk nya ngurusin bisnis takutnya punya anak akan jadi penghalang untuk Jingga.."
Padahal di sisi lain, Jingga sama sekali tidak pernah menunda untuk memiliki anak, apalagi menjadikan bisnisnya sebagai alasan untuk itu.
Setelah Jingga mengetahui kalau selama ini Gading memakai alasan bisnisnya untuk menunda memiliki anak, Jingga memutuskan untuk berbicara heart to heart pada Gading, karena Jingga tau kalau Gading bukan tipe orang yang suka berbohong.
"Maksud aku nggak gitu, maksud aku tuh kan yang punya badan kamu yang akan mengandung 9 bulan itu kamu, jadi aku nggak berhak kalau minta-minta punya anak ke kamu" Jawab Gading ketika Jingga bertanya kenapa Gading berkata seperti itu pada orang-orang.
"Gading, tell me the truth.." Ujar Jingga sambil melipat kedua tangannya di dada.
Gading hanya terdiam.
"Please? Aku nggak marah kok.. Aku cuma penasaran apa isi hati kamu yang sebenernya" Ujar Jingga sambil kini memegang kedua lengan suaminya.
"Aku cuma takut kalau anak aku nanti nasibnya kayak aku" Jawab Gading.
"Maksudnya?" Tanya Jingga.
"Ya kamu tau lah.. aku tumbuh bukan di keluarga bahagia Jingga, masa kecilku berat, have an abusive father, di bully gara-gara ortu cerai, punya cap anak broken home di lingkungan sekitar bahkan di keluarga besar. Tatapan orang-orang dulu kalau ngeliat aku pasti tatapan kasihan seolah-olah aku anak paling malang sedunia, or maybe i am? Kalau orang-orang kangen sama masa kecilnya kalau aku justru bersyukur aku udah lewatin semua fase masa kecilku, dan nggak pernah mau balik lagi.." Jawab Gading.
Jingga tersenyum namun raut wajahnya terlihat sedih mendengar alasan kenapa sampai sekarang suaminya tidak pernah meminta untuk memiliki anak darinya.
"Ding, kok aku justru malah ngerasa anak kita nanti akan beruntung punya ayah kayak kamu ya?" Ujar Jingga tersenyum. Gading hanya menatap Jingga dengan tatapan heran.
"Tau nggak Ding, justru karena kamu pernah ngelewatin itu semua harusnya kamu jadi tau dong untuk buat jadi ayah yang baik itu gimana? karena kamu pasti akan berusaha semampu kamu untuk nggak seperti Papa kamu dulu.." Jawab Jingga seraya mengelus punggung suaminya.
"Belum tentu Jingga, aku kan keturunan Papa ku, bisa jadi aku mewarisi sifatnya dia juga" Jawab Gading masih menundukkan kepalanya.
"Udah terbukti enggak kok, buktinya kamu gentle banget sama aku Ding, kamu dulu takut nikah trus kamu akhirnya berani untuk nikah, and look at me now? The happiest wife" Jawab Jingga sambil menunjuk wajahnya yang menampilkan senyuman lebar.
Gading masih menunduk, namun terlihat wajahnya tersenyum dan disaat bersamaan Jingga melihat ada air mata menetes di celana jeans Gading.
Baru ini gue liat Gading nangis.
"Aku nggak minta kita untuk punya anak sekarang kok, aku cuma mau tau isi hati kamu dan aku juga mau kamu tau pendapat aku tentang itu, punya atau nggak punya anak it doesn't matter, selama kita bahagia" Jawab Jingga sambil memeluk Gading.
"I want one.." Ujar Gading lirih.
"Eh gimana?" Tanya Jingga sambil melepaskan pelukannya dari Gading.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBER PATIO - COMPLETED
FanfictionJingga si baker yang idealis, independent, punya bakery shop sendiri tapi masih single di usia 30 tahun. Gading si penganut tidak percaya sama pernikahan, pemilik coffee shop hits di Jakarta Selatan. Tiba-tiba keduanya di pertemukan di sebuah perjod...