ᴛᴜᴊᴜʜ : ʙᴜᴀʜ ᴍᴀɴɢɢᴀ

633 82 9
                                    

Hari ini adalah hari Sabtu, hari yang tepat untuk bersantai ria. Kali ini Rey sedang duduk di ruang tengah dengan mata yang menatap layar televisi. Dia sangat menikmati waktu santainya tanpa adanya gangguan dari si jail Riki, karena Riki sedang jalan jalan bersama Surya dan si kembar.

Setelah bosan menonton televisi Rey pergi ke atas untuk mengerjakan tugas yang belum sempat ia selesaikan. Namun saat dia beranjak dari tempat duduk telepon genggam-nya bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Saat dilihat tertera nama Aiden di layar telepon genggam miliknya.

"Tumben ni anak telpon biasanya juga dia ngechat doang." Pikirnya karena memang Aiden bukan tipe orang yang rela membuang untuk menyampaikan suatu hal melalui panggilan seluler jika tidak terlalu penting, bisa dia bilang dia selalu to the point.

Rey pun menggeser tombol hijau dan bertanya "Ada apa den? tumben nelpon??"

....

Tidak ada jawaban atas pertanyaan Rey mengulangi pertanyaan "Halo den??"

"Lo ada dirumah gak? gue kerumah Lo ya?" terdengar suara pelan dari seberang sana

"ada kok, Lo dateng aja ke sini langsung ke kamar aja ya gada siapa siapa soalnya. gue juga lagi nugas."

Tanpa menjawab Aiden langsung mematikan panggilannya. Rey merasakan ada yang aneh dengan tingkah Aiden. namun Rey mengabaikannya karena dia harus mengerjakan tugas yang lebih sulit dimengerti.

Beberapa lama seseorang membuka kenop pintu kamar Rey dan Rey terkejut dengan penampilan orang itu

"Aiden lo kenapa?? muka lo??" Rey terkejut melihat wajah tampan Aiden terdapat luka di sudut bibirnya

"gua gapapa Rey, gua boleh numpang istirahat disini dulu gak sampe besok?"

"boleh, sebentar ya gue ambil P3K dulu lo bersihin muka Lo." tak tega melihat wajah temannya yang terluka Rey bergegas bangun dari tempat duduknya untuk mengambil kotak putih

"makasih yah Rey."

Rey menyodorkan kotak berwarna putih itu kepada Aiden dan si penerima langsung membersihkan dan mengobati luka yang berada di sudut bibirnya.

"bokap Lo?" Tanya Rey memastikan apa yang sedang terjadi apakah itu karena orang tuanya lagi

"Kali ini Abang gue Rey, boleh gak gue ngeluh Rey?? capek banget jadi Aiden yang dibuat sama ekspektasi papa." Ucapnya sambil menatap Rey sendu. Suasana di kamar Rey berubah menjadi dingin dan serius

"Lo gapapa cerita gini ke gua? gua sih siap mendengar keluhan lo. sebisa mungkin gue kasih saran buat lo."

"Lo ga perlu kasih saran cukup dengerin gue aja." setelah diam menatap Rey dia membuka suaranya dan menunggu respon dari sahabatnya.

"oke gue dengerin, kenapa kakak lo?? ada masalah apa di rumah?"

"Gua cuma capek hidup dalam tekanan kayak gini Rey, bokap gue selalu nuntut gue buat bisa nandingin kak Hendry tapi bokap sendiri gak pernah appreciate gue. Gue udah berusaha belajar dari pagi sampe tengah malem masih aja di tuntut biar bisa setara sama kak Hendry. Kadang gue iri tau sama kalian." senyuman palsu terlukis di wajah Aiden membuat Rey ingin memeluknya

"gua juga mau kaya kalian gua mau kaya Surya yang punya banyak teman, gua mau kaya lo yang bisa bebas ngelakuin apa aja yang lo mau dengan dukungan bokap lo sedangkan gue selalu belajar belajar belajar terus. gua juga mau seneng seneng seperti anak muda yang lainnya.

cuma di sekolah gue bisa melakukan kebebasan walaupun harus belajar juga." lagi lagi pemuda itu terkekeh membuat hatinya semakin teriris, yang dia bisa lakukan hanya mengelus tangan sahabat agar pemuda itu sedikit tenang.

𝐑𝐨𝐭𝐢 𝐈𝐤𝐚𝐧 || 𝐞𝐧𝐡𝐲𝐩𝐞𝐧 𝐥𝐨𝐤𝐚𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang