Dengan gemetar, Jaemin sekali lagi berusaha meraba pergelangan tangan pasien yang terbaring di ranjang UGD itu. Pasien itu tak sadarkan diri sejak pertama kali dilarikan ke sana, tapi ada berpasang-pasang mata yang mengamati segala tindak-tanduk Jaemin dengan saksama.
Begitu ia berhasil memasukkan jarum infus ke punggung tangan pasien, ia mengecek sekantong saline di tiang ranjang rumah sakit. Saat memastikan tak ada darah yang keluar dan bahwa cairan mengalir dengan stabil, ia menoleh dan mengangguk ke arah Haechan, rekannya sesama dokter internship di NC Hospital.
Malam itu, mereka sama-sama bertugas di UGD. Bertugas di UGD selalu memberikan sensasi tersendiri sebab mereka tak bisa bersantai sedikitpun. Selain itu, mereka harus siap bersabar dengan segala tuntutan untuk bersikap cepat tanggap kepada semua pasien yang masuk dari pintu ruangan UGD tersebut. Meski begitu, hal itu bukan apa-apa dibanding cobaan terberat mereka: menghubungi dokter spesialis untuk melakukan penanganan langsung setelah pasien di-assess oleh dokter yang bertugas di UGD. Tentu saja menghubungi dokter spesialis (yang jauh lebih senior) dan memiliki jam terbang tinggi di saat-saat terduga bukan hal yang menyenangkan. Tidak ada yang suka jam istirahatnya diganggu, apalagi oleh dokter-dokter muda yang terkadang salah membaca hasil rontgen atau mendiagnosis gejala awal pasien. Mereka harus siap disemprot dan dimaki-maki bahkan di depan umum. Biar bagaimanapun, mereka kan, masih tahap belajar. Mereka bahkan memegang kuasa lebih rendah daripada petugas lain seperti perawat. Jika mereka melakukan kesalahan bahkan saat tidak ada dokter spesialis, perawat dengan siap siaga mencermati gerak-gerik mereka dan melapor kepada dokter yang bersangkutan. Dengan demikian, menjadi intern di UGD membuat mereka sebagai sasaran empuk dari segala sudut. Mereka begitu rentan, mudah disalahkan dan tak punya backing-an dari siapapun.
Itulah yang Jaemin rasakan saat ini. Ia sudah menjalani pendidikan dokter dan lulus co-as, tapi masih saja merasa segan saat harus menindak pasien ketika semua orang sibuk mencari-cari kesalahannya. Jaemin tahu bahwa semua pasien memiliki gejala tersendiri, jadi ia sebagai dokter harus lebih peka dan bisa mengambil keputusan dalam waktu yang singkat. Namun hal itu tak mudah saat ada selusin orang yang selalu meragukan apa yang ia katakan.
Sejujurnya, ia tak bisa mengeluh karena itulah beban yang harus ia terima saat pertama kali menjalani internship di rumah sakit sekelas NC Hospital. Berbeda dari rumah sakit kampus atau rumah sakit daerah, NC Hospital merupakan rumah sakit kelas atas yang masuk ke lobinya saja terkadang membuat orang jeri. NC Hospital tentu saja terbuka bagi semua orang, tapi tetap saja ada dinding tak kasat mata yang kadang membuat orang ragu untuk berobat ke sana. Biar bagaimanapun, bangunan dan gaya perawatannya sudah menunjukkan biapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat ke sana.
Namun, hal itu juga diiringi dengan kemampuan tenaga medis dan administratif rumah sakit yang luar biasa. Bahkan mereka yang tak tahu dengan perkembangan dunia medis terbaru tentu mengenal Jaehyun Jung, dokter spesialis bedah yang malang melintang menghadiri berbagai konferensi tingkat dunia dan bertugas di dua rumah sakit lainnya sebagai tenaga ahli; Doyoung Kim, dokter spesialis saraf yang terkenal dengan tangan dinginnya; Mark Lee, putra dua public figure ternama yang bekerja sebagai dokter anak dan dikenal bisa membuat anak nakal di manapun takluk dan menurut; hingga Johnny Suh, donatur terbesar rumah sakit yang kabarnya akan memperluas bisnisnya hingga ke sektor properti dan jaringan. Wajah-wajah mereka berkali-kali tampil di media massa seperti koran dan televisi. Baik itu untuk memberikan pengetahuan medis kepada publik hingga memberikan opini terhadap isu-isu terkini yang berkaitan dengan image NC Hospital sebagai rumah sakit kenamaan.
Jadi saat Jaemin dan Haechan berhasil mendapat internship di tempat itu, mereka tahu mereka takkan hanya terpengaruh dengan nilai positif dari NC Hospital tetapi juga akan mendapat tekanan yang besar. Apalagi bagi Jaemin. Ia yang berasal dari keluarga sederhana, bahkan nyaris bisa disebut kekurangan, merasakan beban besar di punggungnya saat orang tuanya nyaris menangis mendengar kabar jika ia bekerja di NC Hospital. Bagi orang kampung seperti mereka, NC Hospital hanya nama elit yang mereka dengar di televisi dan omongan orang-orang terkenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Get Sick | NOMIN
FanfictionSewaktu pertama kali tahu kalau dia bakal jadi menjalani internship di NC Hospital, Na Jaemin tahu bahwa jalannya menjadi dokter tidak akan mudah. Meski begitu, ia yakin kalau dengan semangat dan kegigihan yang ia punya, ia bisa menjadi dokter spesi...