Dengan segala persiapan seabrek-abrek untuk membuatnya gugup di hari ini, Jaemin heran saat ia terbangun di hari pernikahannya dengan hati yang tenang.
Ia menjenguk Jeno kemarin, tapi tak lama karena Mami dan Ibu bersikukuh memisahkan mereka sebelum mereka mengucapkan ikrar. Namun meski sebentar, ia bisa melihat bahwa kekasihnya itu benar-benar hanya hangover parah dan perlu istirahat seharian penuh. Jadi sebelum pergi, ia berterima kasih kepada Mami yang menjaga Jeno.
Mami menjawab mantap bahwa anak laki-lakinya akan siap sebagai suami Jaemin besok, jadi ia tak perlu khawatir. Setelah itu, Jaemin menjalani harinya yang luar biasa di Pulau Samsara.
Tamu-tamu dengan kapal pesiar terus berdatangan, mengisi ratusan cottage dan bungalow yang tersebar di seluruh pulau. Sebagai bintang utama, tentu Jaemin mendapatkan president suite yang menjorok ke laut biru. Ini akan menjadi kamarnya dan Jeno sebagai sepasang suami besok, tapi karena Jeno masih hangover, Jaemin menguasai cottage itu sendirian.
Seluruh anggota keluarga sudah mengurus segala sesuatu, Jaemin yakin para tamu dan acara besok akan baik-baik saja. Ia ingat saat Bibi Cho ditunjuk sebagai ketua pelaksana pernikahan, ia memberikan presentasi seperti akan menghadirkan Coachella di Pulau Samsara. Namun dari opini seluruh anggota keluarga, tampaknya hanya Jaemin yang menganggap itu berlebihan.
Beberapa orang bahkan menyarankan Jaemin dan Jeno melakukan pernikahan di dalam zeppelin yang melayang di atas kepulauan Hawai atau di Cappadocia, di atas lanskap seperti bulan dengan tamu-tamu lain yang dibawa balon udara. Beruntung bukan hanya Jaemin yang menganggap ide itu tidak hanya terlalu berlebihan tapi juga mengancam keselamatan.
Kini saat ia berada di perairan tenang tempat ia bisa melihat matahari bersinar cerah, merasakan angin laut menerpa lembut, dan mendengar debur ombak yang seperti orkestra, ia tak urung mengakui kinerja seluruh keluarga yang memungkinkan hal ini terjadi. Persiapan seperti menyelenggarakan konser memang layak dilakukan. Setidaknya, Jaemin merasa bisa menikmati ini. Setelah bertahun-tahun belajar di sekolah dan praktik di rumah sakit, menikmati pulau privat dengan fasilitas VVIP ini jelas merupakan previlese.
"Selamat siang."
Jaemin menoleh dan mendapati seorang wanita pertengahan yang mengenakan pakaian maid.
"Anda pasti tegang menjelang pernikahan Anda, bukan? Saya di sini untuk membantu." Ia menunjukkan keranjang kayu yang dihias cantik di tangannya. Keranjang itu penuh dengan peralatan relaksasi, mulai dari essential oil, handuk, hingga lilin aromaterapi.
Senyum Jaemin mengembang. Ia memang membutuhkan itu.
Usai pijat, Jaemin mendapatkan berbagai perawatan tubuh lainnya. Selain para staf dan maid yang silih berganti memenuhi kebutuhannya, ia tak bertemu siapapun. Haechan mengirimkan pesan, mengatakan bahwa Mami melarang siapapun bertemu dengan calon menantunya (hal ini diperkuat dengan tiga penjaga yang meski berpakaian mirip turis, dilengkapi dengan senjata dan in-ear di depan pintu cottage Jaemin). Meski demikian, Jaemin bisa bantuan kepada siapa saja melalui pesan singkat.
Jaemin pun menurut saja. Lagipula, siapa yang tidak senang jika seharian penuh dimanjakan dengan berbagai makanan lezat (dan sehat) dan dimanjakan seperti ratu sejagad, secara literal. Jaemin merasa tak perlu mengangkat cangkir minuman. Tiap ia menaikkan tangan, seseorang sudah sedia mengambilkan sesuatu untuknya.
Tak heran jika meski tak melakukan apapun, ia langsung tertidur bahkan saat jam baru menunjukkan pukul 8 malam. Ia sudah berselimut di tempat tidur ternyaman yang pernah ia rasakan, dalam kamar yang balkonnya menghadap ke laut lepas. Tak seperti malam sebelumnya, di mana kegelisahan sempurna meliputinya, kini ia bisa tenang melihat pantulan bulan di air, mendengar suara air laut yang diredam dalam kadar yang cukup oleh dinding di sekitarnya. Tubuhnya sudah rileks dan ia merasa tak perlu mengkhawatirkan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Get Sick | NOMIN
FanfictionSewaktu pertama kali tahu kalau dia bakal jadi menjalani internship di NC Hospital, Na Jaemin tahu bahwa jalannya menjadi dokter tidak akan mudah. Meski begitu, ia yakin kalau dengan semangat dan kegigihan yang ia punya, ia bisa menjadi dokter spesi...