Hurt

15.6K 2.2K 348
                                    

Dokter Jeno keluar dari ruang operasi dan langsung menemui keluarga pasien.

"Saya sangat lega begitu tahu bahwa Dokter Jeno yang mengoperasi ibu saya," keluarga pasien, seorang lelaki berusia 20-an, menyalami Dokter Jeno hangat bahkan sebelum Dokter Jeno berbicara. Sebelumnya, Dokter Jeno hanya menemui pasien dan suaminya. Baru kali ini bertemu dengan seluruh keluarga yang mengantar.

"Saya Choi Seunghyun. Saya sudah mendengar banyak tentang Dokter Jeno dan yakin bahwa Dokter Jeno pasti bisa menyembuhkan Ibu." Lelaki itu menjelaskan.

"Ah, begitu." Seperti biasa, Dokter Jeno hanya mengangguk samar.

"Kalau Dokter Jeno penasaran, sepupu saya adalah pacar Dokter Jeno," Seunghyun tersenyum lebar.

Ucapan itu membuyarkan raut dingin Dokter Jeno yang berganti dengan kebingungan.

"Iya, Jang Yeeun adalah keponakan istri saya, Dok," sahut suami pasien yang sedari tadi diam. "Dia yang menyarankan kami untuk datang dan meminta ditangani oleh Dokter Jeno. Bagaimana operasinya, Dok?"

"Ah, Ayah apaan, sih? Pasti lancar, lah. Iya, kan, Dokter Jeno? Yeeun bilang Dokter Jeno pasti akan menyembuhkan penyakit apapun," sahut Seunghyun.

"Operasinya berjalan lancar. Sekarang pasien sudah dipindahkan ke ICU agar bisa dikontrol sepanjang waktu berkenaan dengan organ baru di tubuhnya." Dokter Jeno menjelaskan.

Seluruh anggota keluarga langsung bernapas lega.

"Tapi tentu keadaannya akan segera membaik, kan, Dok?"

Dokter Jeno melihat jam tangannya. "Seperti yang kami katakan, kami perlu menunggu reaksi pasien terhadap organ barunya. Saya minta Anda sekeluarga tetap berdoa demi keselamatan Ibu Anda. Perjalanannya masih panjang meski operasi ini tetap membawa semangat hidup yang baru bagi tubuhnya."

"Namun, sebelum Anda merasa lega," Jeno menambahkan. "Saya perlu memberitahukan situasi sebenarnya." Ucapannya itu langsung membuat raut seluruh anggota keluarga berubah serius.

"A-ada apa, Dok...? Apakah ada tanda-tanda bahwa Ibu tidak membaik?"

"Seperti yang Anda ketahui, kami mendapatkan donor dari seorang pasien mati otak di rumah sakit daerah yang terdaftar badan donor. Organnya cocok dengan kondisi Mrs. Choi. Namun... terdapat sedikit hal yang menjadi perhatian saya. Perjalanan organ dari rumah sakit daerah ke sini tidak hanya membutuhkan waktu yang cukup lama, tapi juga perjalanan yang tidak mudah. Karena satu dan dua hal, ambulans terhambat di jalan utama sehingga dokter kami membawanya dengan berlari dan disambung dengan menaiki ojek. Saya tahu ini hal yang mencengangkan tapi donor tersebut tiba tepat pada waktunya sehingga kami tidak perlu memperpanjang anestesi yang akan menurunkan kondisi tubuh pasien."

"Oleh sebab itu, kami tidak sempat melakukan tes menyeluruh terhadap kondisi organ dan memutuskan bahwa setelah di-assess secara cepat, organ masih dalam kondisi baik dan akan berfungsi sempurna. Karenanya Mrs. Choi akan ditempatkan di ICU lebih lama dari pasien pada umumnya supaya kami lebih cepat mengetahui apabila terjadi kegagalan organ dan menanganinya secepat mungkin. Saya harap Anda sekeluarga mengerti."

Untuk sesaat, hanya keheningan yang menyambut penjelasan Dokter Jeno. Semua orang tampak ragu setelah mendengar bahwa organ dibawa dengan cara yang kurang biasa dan terkesan tidak aman.

"Tapi... tapi, Dok, organnya aman, kan, sewaktu tiba di sini?" tanya Mr. Choi.

Dokter Jeno mengangguk yakin. "Saya sendiri yang meng-assess-nya, Pak. Bapak tidak perlu khawatir. Meski demikian, kami tidak menutup kemungkinan organ bereaksi terhadap lingkungan karena seperti yang kita tahu, organ itu sangat rentan, apalagi setelah dilepas dari tubuh inangnya."

Don't Get Sick | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang