Sisi Lain Na Jaemin

13.9K 1.8K 284
                                    

Seperti halnya perempuan beradab dari kalangan teratas strata masyarakat, Mrs. Lee tidak menuntut, tidak bertanya, dan tidak pula tampak terganggu. Ia duduk di kursi Jeno, kursi yang sama dengan yang biasa digunakan Jeno dan Jaemin untuk menonton film sambil berpelukan. Namun kehadiran Mrs. Lee langsung mengubah suasana rumah 180 derajat.

"Ini Na Jaemin, Mi," dengan hati-hati Jeno berkata. Jaemin duduk di sampingnya tanpa suara, tapi ia tahu kekasihnya itu berada di puncak ketegangan. Kedua tangannya bertaut di atas pangkuannya, tampak jelas berusaha menyembunyikan kegugupan. "Kekasih Jeno. Dia junior Jeno di NC Hospital, kemudian pindah ke rumah sakit daerah–"

"Kenapa?" balas Mami datar. "Kenapa pindah?"

Jaemin sudah semakin mengecil di tempat duduknya. Tapi Jeno tak gentar. "Keselamatannya terancam di NC Hospital. Tapi sekarang Jaemin sudah menyelesaikan masa magangnya dan akan mengambil pendidikan spesialis."

"Hm," Mrs. Lee menghirup tehnya tenang. Lalu diletakkannya cangkir teh itu ke atas meja sebelum menatap kedua pemuda di depannya itu bergantian.

"Hubungan kami serius. Mami tenang saja."

"Tentu saja Mami tahu," jawab Mrs. Lee. "Anak Mami tidak akan menjalin hubungan dengan seseorang kalau dia tidak serius."

"Artinya Jeno akan menunggu Jaemin untuk menyelesaikan pendidikannya sebelum kami menikah."

Bam. Begitu kata 'm' itu diucapkan, Jaemin seolah merasa udara berganti begitu pekat hingga mencekik lehernya. Bibirnya terasa kering meski Mrs. Lee bahkan belum bicara padanya. Ia tak menyangka jika Jeno akan membawa pembahasan ini di pertemuan pertamanya dengan ibu Jeno.

Meski raut Mrs. Lee tidak berubah, Jaemin tahu pasti otak encer wanita berpendidikan itu sedang bekerja keras.

"Huh," gumamnya tanpa sedikitpun keterkejutan. "Mami bahkan belum dengar suaranya, tiba-tiba kamu sudah bicara soal menikahinya."

"Jeno hanya membagikan rencana Jeno kepada Mami karena Jeno dan Jaemin menghormati Mami," dengan hati-hati, Jeno menjawab. "Jeno tidak akan menikahi Jaemin bulan depan atau tahun depan. Masih ada banyak waktu sampai kami benar-benar saling mengenal. Masih banyak persiapan."

Setelah puas menjadi bimbingan Jeno selama hampir setengah tahun, baru kali ini Jaemin melihat Jeno begitu serius dengan tiap ucapannya. Fokusnya seolah sepenuhnya tertuju di momen ini. Jaemin yang sangat dekat dengan ayah dan ibunya sedikit tak paham dengan atmosfer ibu dan anak di depannya ini.

Setahunya, sudah hampir setahun Jeno tidak pulang ke Pulau Meraki. Mereka bahkan tak saling peluk atau cium. Jeno tak menanyakan kabar ibunya atau sebaliknya. Mereka bahkan tak berbasa-basi seperti partner atau rekanan kerja. Mereka bertindak seperti orang asing dalam ruang sidang.

Bagi Jaemin, ibu Jeno tak lain adalah alien. Sosoknya yang sebenarnya langsing bisa mengubah udara di ruang itu. Ia seolah bisa melakukan apa saja dengan satu jentikan jari. Parasnya yang luar biasa membuat Jaemin tak kuasa menatap wajahnya terlalu lama. Ia merasa tak berada di dunia yang sama dengan wanita itu.

"Lagipula, Jeno nggak mau membuat Mami bosan dengan menceritakan hal-hal remeh soal Jaemin dan hubungan kami. Jeno yakin mata-mata Mami melakukan hal yang lebih baik dari Jeno."

Ucapan Jeno itu terdengar seperti serangan di telinga Jaemin. Tapi Mrs. Lee bahkan tak menolak.

"Kamu akan terkejut kalau tahu Mami bahkan nggak perlu mengirim siapa-siapa untuk menyelidiki hubungan kalian."

Don't Get Sick | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang