Jaemin tidak tahu bagaimana Haechan menemukannya, tapi tahu-tahu ia sudah duduk di kursi penumpang mobil SUV Mark. Mark menyetir sementara Haechan sibuk menghujaninya dengan pertanyaan yang bahkan Jaemin tidak tahu jawabannya.
"Kenapa lu sendiri, Na? Jeno di mana? Lu mau ke mana?"
"Babe," Mark menenangkan, tahu bahwa Jaemin tak berniat menjawab. "Tenang dulu. Kayaknya Nana masih kedinginan."
Haechan mendengus.
Seperti Jaemin (dan hampir seluruh masyarakat di segala penjuru negeri), ia sudah melihat tayangan infotainment dan langsung khawatir dengan kondisi sahabatnya. Beruntung dalam perjalanannya ke rumah sakit daerah, ia melihat Jaemin duduk sendirian di halte yang kosong. Ia langsung menarik sahabatnya masuk ke dalam mobil.
Dipandanginya Jaemin dari kaca rear-view. Sahabatnya itu hanya diam, menatap keluar jendela tanpa ekspresi apapun. Hidung dan pipinya memerah, entah karena dingin atau tangis. Di saat seperti ini, Haechan tidak tahu apa yang dipikirkan sahabatnya dan sejujurnya, ia khawatir Jeno juga tidak mampu menembus benteng tinggi itu.
Tiba di rumah Haechan, Jaemin hanya langsung berlalu ke paviliun lamanya. Tempat itu masih kosong karena belum disewakan, tapi rapi karena dibersihkan setiap hari.
"Rest, Nana. If you want to talk or feeling a little bit hungry, I'll be outside. I'll tell my maid to make you your favorite kkwabaegi." Haechan memeluk Jaemin saat mengantarkan sweatshirt dan sweatpants yang bisa dikenakan Jaemin.
Jaemin hanya mengangguk, tak sanggup untuk sekadar mengucapkan terima kasih. Haechan keluar untuk menutup pintu dan Jaemin merebahkan tubuhnya ke tempat tidur.
I'm so tired. Ia memejamkan mata.
---
Saat Jaemin terbangun karena hawa panas dua jam kemudian, ia menyadari sesuatu atau seseorang yang melingkupi tubuhnya. Ia yang sudah berganti pakaian tak ingat tidur dengan selimut tapi sekarang ada selimut di bawah dagunya, apalagi sepasang lengan yang merengkuh tubuhnya sampai ia merasa sedikit kegerahan.
"Chan..." Jaemin mencoba membalikkan tubuhnya. Kepalanya masih dipenuhi kantuk. Jadi ia beralih untuk mencoba meraih gelas di atas naskah.
"Biar aku aja, sayang," tiba-tiba suara berat terdengar dari belakangnya, seiring dengan lengan kekar yang meraih gelas itu untuknya.
Jaemin menoleh dan melihat Lee Jeno, duduk di belakangnya. "Minum, kan?"
Perlahan Jaemin mengangguk. Ia pun menandaskan air di dalam gelas itu. Begitu habis, Jeno dengan lembut meraih gelas dan meletakkannya kembali ke atas nakas.
"Kok kamu..."
"Mark," jawab Jeno singkat. Ia tersenyum dan mengelus pipi Jaemin lembut. "I missed you. Maaf hari ini nggak bisa ngehubungin lebih cepat."
Jaemin hanya bisa mengangguk pelan.
"You still sleepy? Come sleep again, baby. I'll be here once you wake up. We'll talk then. Hm?" Jeno tak menunggu jawaban untuk kembali merapikan tempat tidur, lalu merentangkan lengan kanannya dan menarik Jaemin ke pelukannya. Begitu Jaemin berbaring di sana, ia merapikan selimut di atas mereka, lalu menelusupkan tangan ke pinggang kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Get Sick | NOMIN
FanfictionSewaktu pertama kali tahu kalau dia bakal jadi menjalani internship di NC Hospital, Na Jaemin tahu bahwa jalannya menjadi dokter tidak akan mudah. Meski begitu, ia yakin kalau dengan semangat dan kegigihan yang ia punya, ia bisa menjadi dokter spesi...