Let's...

16.8K 2.1K 232
                                    

"Dokter Jaemin!"

Jaemin yang sudah mengemasi barang-barangnya dan bersiap keluar terhenti.

"Taro?"

Shotaro tersenyum mendekat. Wajahnya yang manis tampak berseri meski mereka baru saja menjalani shift malam. Berbeda dari Jaemin yang sudah dibalut polo berwarna putih dan cardigan rajut berwaran krem, Shotaro masih dalam balutan jasnya.

"Nggak pulang?" tanya Jaemin.

Shotaro menggeleng. Rambutnya yang berwarna cokelat bergerak seiring kepalanya. Melihat Shotaro sama seperti melihat Haechan. Sama-sama membuat Jaemin lebih ceria.

"Masih harus ketemu keluarga pasien setelah Dokter Xiaojun datang. Wow, kamu..." Shotaro menatap Jaemin dari atas ke bawah. "Manis sekali."

Jaemin tertawa. Sejak pertama kenal Shotaro, ia sudah terbiasa dengan pujian-pujian lelaki yang sedikit lebih muda itu. Shotaro lebih muda, tapi ia sudah lebih dulu menjalani masa residensi. Dari yang Jaemin ketahui, Shotaro beberapa kali loncat kelas.

"Mau kubelikan sarapan?"

"Boleh?" tanya Shotaro dengan mata membulat.

Jaemin mengangguk semangat. "Nggak lama, kan? Yuk."

Keduanya pun berjalan keluar sambil berbincang ringan, umumnya membahas pengalaman mereka berjaga malam sebelumnya.

"...iya, masa aku keburu ngantuk padahal belum tengah malam. Untung Dokter Xiaojun telepon."

Shotaro tertawa mendengarkan celoteh Jaemin.

"Lalu dia bilang, aku harus cek kondisi pasien tiap jam, kalau bisa. Aku langsung panik dan–"

"Na, hei."

Seseorang melambai dari arah parkiran.

"Oh? Jen?" mulut Jaemin membulat saat melihat sosok Jeno di depan rumah sakitnya padahal hari belum juga terang. Ia menghampiri Jeno, Shotaro mengikuti dengan ragu.

"Why are you here?" tanya Jaemin kaget.

"Picking you up, of course." Jeno mengelus rambut Jaemin.

"You just got back too?" Jaemin mengangkat alis.

Jeno menggeleng. "Its my day off."

"And you up this early to..."

Jeno hanya tersenyum tipis. Saat itulah Jaemin sadar ia tak sendiri.

"Oh, ini Shotaro," ia menarik lengan Shotaro pelan, memperkenalkannya kepada Jeno. "Dia memang lebih muda dariku, tapi jangan salah. Dia sudah jadi dokter residen. He's one of the smartest!"

Shotaro tersenyum saat Jaemin memujinya. Lalu mengulurkan tangan ke arah Jeno.

"Halo." Ia menatap pria asing itu.

Jeno menatapnya sejenak sebelum akhirnya menjabat tangan Shotaro. Ia hanya mengangguk, senyumnya hilang.

"So, can we go now?" tanya Jeno saat baik Jaemin maupun Shotaro tak mengatakan apapun atau beranjak dari tempat itu.

"Tapi aku sudah janji akan mengajak–"

"No, its okay, Jaemin. Pergilah. Kamu tiga hari berturut-turut mengambil shift malam, kan. Go. I'm fine."

"Ah..." ujar Jaemin, agak tak enak hati. "Aku akan mentraktirmu lain kali, ya?"

Shotaro hanya tersenyum, mengacungkan jempolnya. Sikap Jeno yang tidak terbuka membuatnya tak ingin lebih lama mengganggu Jaemin. Apapun hubungan Jeno dan Jaemin, keduanya tampak eksklusif. Jadi ia berpamitan dan kembali ke dalam rumah sakit.

Don't Get Sick | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang